Ads Top

Tentang Bersyukur

"Puji Syukur Ya Rabb. Hari ini tentang berkah dan tentang bersyukur. Saudara, Sahabat dan semua. Berkat mereka kita akan selalu melangkahi hari-hari dengan kasih,"

Perkataan yang aku terima pertama kali untuk kali ini adalah umurku yang berkurang. Perkataan yang enteng, namun sarat akan makna. Mengapa? Karena ini adalah kontradiksi yang sangat nyata. Di satu sisi banyak yang mengucapkan selamat, namun dari sisi yang lain penuh akan peringatan, meskipun rasanya jauh dari ancaman.

Mungkin, dengan melakukan refleksi dan perenungan kita akan menemukan sebuah makna. Tentang betapa besar karunia, anugerah, pemberian Sang Pencipta untuk diri ini yang hina. Sedih dan senang silih berganti. Tentang cara berfikirpun kita masih labil. Kadang sadar, kadang ngawur. Tapi lihatlah dengan apa yang kita telah kerjakan dan kita dapatkan.
Aku sering melihat pemulung. Begitu keras kehidupannya. Tak kenal waktu, panas terik, hujan deras, walaupun dini hari yang dingin menggigil. Yang Ia lakukan hanya mengorek tempat pembuangan itu. Tak cukup sampai disitu, Sang Aku pun pernah melihat orang yang makan dari sisa yang terdapat di tempat sampah. Sungguh mengiris hati. Terakhir, hal yang memilukkan adalah tentang anak-anak yang tak mampu lagi sekolah dan mengenyam pendidikan. Disaat anak-anak yang lain belajar, mereka hanya dijalan, panas-panasan menyusuri kehidupan, bahkan harus mencari nafkah untuk dirinya dan keluarga, di usia yang masih kecil.

Aku menjadi teringat dengan lantunan maestro musik Indonesia, Iwan Fals. Sore Tugu Pancoran, Anak sekecil itu berkelahi dengan waktu, demi satu impian yang kelak ganggu tidurmu, anak sekecil itu tak sempat nikmati waktu, dipaksa pecahkan karang, lemah jarimu terkepal.

Disini, kita masih bisa tidur nyenyak. Makan yang layak, meskipun masih agak enggan untuk mengunyah. Bisa menggunakan dan naik kendaraan untuk bepergian. Banyak kerabat, sahabat yang senantiasa menemani. Mempunyai pasangan hidup yang setia dan penuh perhatian. Orang tua yang selalu mendoakan dan menyayangi kita. Bagaimana jika itu semua sirna?

Syukur yang paling tinggi adalah segala nikmat keimanan, tentang segala kesehatan, dan keselamatan. Bagaimana jika hal itu tak pernah kita punya? Begitu sombongnya kita.

Pada akhirnya, kembali bersyukur. Jalan masih panjang meskipun usia ini senantiasa selalu berkurang. Ahamdulillahirobil'alamiin

No comments:

Powered by Blogger.