Ads Top

Resensi Buku Indonesia Maju dan Bermartabat : Refleksi Pemikiran Aktivis IPM

Buku Menjelang Muktamar IPM XVIII
Judul       : Indonesia Maju dan Bermartabat : Refleksi Pemikiran Aktivis IPM
Penulis    : Danik Eka Rahmaningtiyas, Dzar Albana, Agus Suroyo dkk
Penerbit  : Grafindo Khazanah Ilmu
Cetakan  : I November 2012, tebal 132 hal


Pimpinan Pusat (PP) Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) periode 2010-2012 hasil dari keputusan Muktamar XVII di Bantul, Yogyakarta penuh dengan dinamika. Muktamar yang juga berbarengan dengan peringatan satu abad Persyarikatan Muhammadiyah sebagai induk organisasi IPM tersebut memang berbeda dari Muktamar sebelum-sebelumnya, dan bisa dibilang pertama dan terakhir : sistem Musyawarah Muktamar IPM di Bantul menggunakan pemilihan Ketua Umum secara langsung.

Pasca milad emas 50 tahun lahirnya IPM pada tahun 2011, dan Konferensi Pimpinan Wilayah (Konpiwil) di Ternate, Maluku Utara pucuk pimpinan IPM dari IPMawan Slamet Nur Achmad Effendy digantikan oleh IPMawati Danik Eka Rahmaningtyas. Hal tersebut sontak merupakan bukan sesuatu yang biasa : IPM dipimpin oleh IPMawati.

Berbagai pemikiran aktivis IPM yang telah berkecimpung di Pimpinan Pusat, khususnya pada periode 2010-2012 dapat dibaca di buku Indonesia Maju dan Bermartabat. Seperti pengantar dari Ketua PP Muhammadiyah, Prof. DR. Din Syamsuddin, buku tersebut menjadi kesaksian bahwa pelajar tak selalu identik dengan jargon-jargon negatif seperti tawuran, malas, bolos, dan lain sebagainya. IPM telah membuktikan hal itu, dengan buah karyanya.

IPM sebagai wadah dan sayap pergerakan amar makruf nahi munkar di kalangan pelajar telah mencapai puncaknya dengan meraih berbagai prestasi tingkat nasional, maupun internasional. Hal tersebut dibuktikan dengan diraihnya penghargaan Organisasi Kepemudaan (OKP) terbaik nasional versi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora), dan masuk dalam daftar Sepuluh OKP Terbaik se-Asia Tenggara (ASEAN TAYO – Ten Accomplished Youth Organizations).

IPM harus menjadi solusi atas segala permasalahan yang ada, sebagaimana Pak Din sampaikan tadi, terdapat beberapa permasalahan klasik yang menimpa moral para pelajar Indonesia kini : tawuran, malas, bolos. Sebenarnya, IPM sebagai gerakan bisa mewujudkan Indonesia yang bermartabat itu jika berhasil membumikan kebaikan melalui agenda-agenda aksinya yang masiv dilakukan di seluruh nusantara, salah satunya seperti gerakan ilmu dan membendung budaya yang kurang baik, seperti budaya pop.

IPMawati Danik, menyadarkan kita akan hal tersebut melalui tulisannya “Remajaku Dalam Euphoria Budaya Pop; Saat Modal menjadi Tuhan”. Dia menyampaikan bahwa kini, perempuan dan remaja menjadi objek yang menarik dalam industri hiburan dll. Dan ternyata remaja kita menikmati dan terbawa arus daripada budaya pop yang telah mengglobal. Selain sebagai bentuk kegelisahan, tulisan ini memberikan sajian waktunya berikan perwalanan dengan pembentukan konsep diri sebagai remaja bangsa yang bermartabat. Perlu adanya kesadaran bersama, menurutnya harus ada juga pendekatan yang lebih humanis serta security media dalam meng-counter arus budaya global yang negatif.

Dalam buku Indonesia Maju dan Bermartabat, Danik Eka Rahmaningtyas sebagai ketua Umum PP IPM bukan hanya menulis tentang perlunya kesadaran tentang budaya pop. Terhitung tulisannya yang lain dapat dibaca yaitu tentang Tawuran Pelajar : Menyibak Ruang yang Terlupakan dan tulisannya yang lain yaitu Saatnya Indonesia Mandiri (Pelajar Next Generation). Gaya tulisan yang agak ‘tinggi’ untuk konsumsi pelajar awam, namun patut untuk dibaca sebagai referensi dan menambah pengetahuan tentang realitas yang terdapat dalam dunia pelajar kita saat ini.

Terdapat tujuh penulis lain yang berkontribusi dalam menyusun karya Indonesi Maju dan Bermartabat ini. Nama-nama para pimpinan IPM Pusat periode 2010-2012 tersebut bagi para Pimpinan Wilayah sudah tidak asing lagi. Mereka berbagi pemikiran melalu tulisan, seperti Agus Suroyo dengan karya : Perkembangan Pelajar dan Problematikanya (Study Pelajar dalam Perfektif Psikologi Perkembangan, Ari Nurrohman (Di Balik Jeruji dan Menelisisk Sebuah Kegelisahan), Dzar Albana (IPM : Dulu, Kini, dan Nanti), Hamdan Nugroho (Revitalisasi Kaderisasi), Indra Jaya Sikumbang (Realitas Media antara Kepentingan Politik, Ekonomi dan Kepentingan Publik, Membangun Pelajar yang Berkeadaban : Manifestasi Kreatif Spirit Kenabian), Infa Wilindaya (Manifestasi IPM Sebagai Gerakan Kader), dan Kurniati Pamungkas (Kewirausahaan Pelajar).

Aktivis IPM lebih dari sekadar kader ikatan dan persyarikatan, namun lebih jauh lagi sebagai kader bangsa. Oleh karena itu dalam buku Indonesia Maju dan Bermartabat merupakan kumpulan pemikiran agar IPM khususnya dan pelajar secara umum sadar akan posisinya sebagai generasi penerus bangsa ini.

Rizki Putra Dewantoro

No comments:

Powered by Blogger.