Ads Top

Melawan Malas

Mahar dan Alam (Musikalisasi Laskar Pelangi)



ilustrasi : mondemerda.blogspot.com

Inilah pelajaran yang paling penting. Sejauh dan setinggi apapun impian (baca : cita-cita) pasti bisa diraih. Itulah dengan ketekunan, tekad yang kuat, berusaha keras serta tentunya do'a, baik diri kita sendiri, orang sekitar dan orang tua. Dalam meraih apa yang menjadi target, tentunya kita akan menemukan kendala. Baik dari luar (eksternal), bahkan dari dalam diri kita sendiri (internal).

Sebagaimana lagu Nidji yang soundtrack film Laskar Pelangi, dikatakan bahwa
"Mimpi adalah kunci untuk kita menaklukkan dunia
Berlarilah tanpa lelah sampai engkau meraihnya"
Meskipun gaung film tersebut telah berlalu, namun pesan dan semangatnya saya rasa masih ada di dalam benak kita semua. Betapa tidak, memang dengan melihat perjuangan yang tersaji dalam Laskar Pelangi, menjadi inspirasi untuk kita semua. Terlepas dari apapun keinginan dan cita-cita kita semua. Intinya dalam menaklukkan dunia (baca : bertahan hidup) harus berjuang dan berusaha.

Lihat saja bagaimana dengan keterbatasan, anak-anak laskar pelangi mampu untuk berprestasi. Ada dua penghargaan yang mereka raih. Cerdas cermat (kategori pelajaran dan ilmu pengetahuan) serta Festival Karnaval dalam kategori seni budaya. Itu semua mereka raih dengan kerjasama, kerja keras, memutar otak dan tentunya do'a.

Jauh dari tempat setting laskar pelangi dan juga dalam waktu yang berbeda. Saya pun sempat merasakan hal yang sama, perjuangan yang sama dalam menuntut ilmu. Sebutlah saja saat saya SMP, saya harus melangkahkan kaki berkilo-kilo hanya untuk merasakan bangku sekolah. Saat itu, saya mendapat giliran kelas siang, jam belajar selepas dzuhur, pukul 13.00 sampai sore pukul 17.00. Saya menelusuri jalan kereta sendirian,  jika terik saya merasakan benar panasnya, jika hujan saya pun merasakan bagaimana basahnya air yang turun dari langit itu.

Ada semacam guyonan, lelucon dan sindiran dari teman dulu. Mereka memanggil saya 'Si Manik', karena saya berasal dari kampung Gunung Manik. Dalam menyiasati, menghindari panas dan hujan, sempat saya membawa payung ke sekolah dan saya masukkan ke tas gendong besar saya yang berwarna merah itu. Kisah itu berjalan selama satu semester (sekitar 6 bulan). Perjalanan melangkah menuntut ilmu berkilo-kilo (Gunung Manik-Cibeber) ditambah dari Panyandungan saya harus naik ojek dengan ongkos lima ribu. Tapi kadang sekali-kali saya full berjalan ke sekolah.

Itu semua saya bilang perjalan melawan malas versi saya yang dulu. Saat ini keadaan dan jaman memang telah berubah. Tapi tetap saja, malas adalah musuh dalam tubuh kita (musuh dalam selimut) yang harus dilawan. Delapan tahun berselang dari masa-masa itu, di kampus tempat saya kuliah (belajar lagi) melawan malas sangat masih relevan. Kata melawan malas pun saya dapatkan dari teman satu kampus. Ada banyak dalam keterbatasan yang tetap untuk berusaha menyelesaikan studi. Tak kenal siang maupun malam, tak kenal terik maupun hujan. Tetap berusaha.

Begitu juga dalam dunia kerja. Malas kadang menjadi penghambat segala tuntutan dan juga untuk mengembangkan kreativitas. Untuk itu, inilah perhatian kita bersama, menurut saya malas memang akan selalu ada, namun tetap kita mampu untuk mengikisnya. Tentunya dengan melakukan perbuatan yang positif dan juga selalu menepati kewajiban kita sebagai insan-insan ciptaan tuhan.

Lirik Mahar dan Alam
Teuku Rizki Musikal Laskar Pelangi


Mengapa kalian ragu
Mengapa kalian harus malu
Kalian punya mahar seniman belitong yang hebat (heuu)
Kita perlu ikut karnaval

Kita tak perlu kaya
Kita tak perlu banyak dana
Serahkan pada mahar dan alam akan tercipta karya besar
Kita harus ikut karnaval

Reff :
Sudah waktunya kita pamerkan pada semua
Sudah saatnya semua ingat sekolah kita ada
Jangan pikirkan perkara kalah dan menang (eu)
Tapi jangan salahkan mahar
Karena bisa jadi kita menang

Mengapa kalian ragu (kami tak ingin ragu)
Mengapa kalian harus malun (kami tak yakin menang)
Percaya pada mahar seniman penuh dengan imajinasi
Alam jadi sumber inspirasi (mampukah kita beraksi)

Instrumental

Back to reff :
Sudah waktunya kita pamerkan pada semua
Sudah saatnya semua ingat sekolah kita ada
Jangan pikirkan perkara kalah dan menang
Tapi jangan salahkan mahar
Karena bisa jadi kita menang

Kita tak perlu kaya (kita tak perlu kaya)
Kita tak perlu banyak dana (tak butuh banyak dana)
Serahkan pada mahar dan alam akan tercipta karya besar
Kita siap ikut karnaval

No comments:

Powered by Blogger.