Ads Top

Merangkai Puisi

Puisi, merangkai kata, bersajak-sajak, perkataan yang indah, sastra, apalah namanya. Orang-orang mengatakan, melalui puisi adalah cara jitu mengungkapkan perasaan, cinta.

Mungkin itu dulu. Bagaimana dengan sekarang? Jawablah pertanyaan saya.

Sebut saja Chairil Anwar, Soe Hok Gie, Asrul Sani, Taufik Ismail, Buya Hamka, Pramodya Ananta Toer dst. Mereka para "maestro" dunia tulis ini.

Seorang dosen berkata "berbahagialah mereka yang mati muda". Kalimat itu jelas tertuju kepada dua orang yang saya sebutkan di atas. Mereka muda, namun tetap dikenang, tak sempat merasakan "tua". Yang "senior" pun tetap berwibawa dengan jiwa mudanya melalui karya mereka.

Bagaimana dengan "dunia persilatan" ini sekarang?

Bila boleh berpendapat, menurut saya kini trendnya telah berubah. Di Indonesia kini terbawa arus dari terpaan pengaruh "luar". Kita lebih fokus mengejar ketertinggalah di dunia musik dan layar lebar yang jelas masih kalah kualitasnya.

Entahlah, dulu pun saya sempat tak menyangka, mendapat salah satu penghargaan dalam membaca puisi. Tepatnya saat kelas 4 Sekolah Dasar. Saya mampu meraih juara harapan dengan memba "Srigala", padahal waktu itu saya hanya sebagai pelengkap, cadangan, atau ban serep.

Lama tak berkecimpung, saya berharap puisi (poem/poetry) di tanah air semoga mempunyai kejayaannya kembali di masa depan. Ada banyak potensi yang kita miliki agar bisa mampu tampil dihati orang seluruh dunia.
ninjakato.deviantart.com

Srigala
karya Subagio Sastrowardoyo
 
Kita telah banyak kehilangan
Waktu dan harta, kesenangan dan teman
Serta selama perjuangan ini. Apa yang
Kita capai :
Kemerdekaan buat bangsa, harga diri, dan
Hilangnya ketakutan kepada kesulitan
Kita telah tahu apa artinya menderita
Di tengan kelaparan dan putus asa
Kematian hanya tantangan terakhir
Yang sedia kita hadapi demi kemenangan ini
Percayalah

Buat kebahagiaan bersama
Tak ada korban yang cukup bahagia
Tapi dalam kebebasan ini masih tinggal
Keresahan yang tak kunjung berhenti:
Apa yang menanti di hari esok : kedamain
Atau pembunuhan lagi
Begitu banyak kita mengalami kegagalan
Dalam membangun hari depan : pendidikan
Tak selesai, cita-cita pribadi hancur
Dalam kekacauan bertempur
Cinta yang putus hanya oleh hilangnya
Pertalian

Tak ada yang bisa terus berlangsung
Tak ada kepastian yang bertahan
Kita telah hilang kepercayaan kepada
Keabadian
Semua hanya semebtara : cinta kita,
Kesetiaan kita
Kita hidup di tengah kesementaraan segala
Di luar rumah terus menunggu seekor serigala

No comments:

Powered by Blogger.