Ads Top

Sedikit dari Banyak Pelajaran DA Wilayah 2013

Peserta DA PWM DKI. Peserta IPM Rizki (berdiri 2 dari kiri) & Nofriandi (beridiri 2 dari kanan)
Pada akhir bulan Maret, tepatnya 29-31 Maret 2013 saya menjadi perwakilan PW IPM untuk mengikuti Darul Arqom (DA) Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta. DA merupakan salah satu kegiatan perkaderan yang diselenggarakan persyarikatan Muhammadiyah. Menurut nomenklatur (penetapan nama), DA adalah untuk Pimpinan tingkat Wilayah (Provinsi) dan tingkat Pusat (Nasional).

Banyak pelajaran yang saya dapatkan, terutama teladan. Maklum saja, DA yang diikuti 24 orang itu berasal dari ayahanda PDM, dan Amal Usaha seperti PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) serta Rumah Sakit Islam. Rata-rata bapak-bapak dan ibu-ibu, saya dan Andi adalah peserta termuda secara umur ;). Namun bila dilihat secara semangat, peserta DA yang lebih tua dari saya memiliki semangat yang lebih muda.

Perkaderan DA memupuk sisi disiplin dalam bingkai Islami, tentunya dalam hal muamalah dan beribadah. Terutama dalam masuk ruang materi harus tepat waktu. Ceramah, diskusi, fathul qulub, qiyamul lain, games kelompok, serta kebersamaan menjadi santapan selama 3 hari itu.

Bagi peserta yang aktif dan bertanya dalam diskusi akan diberi lencana bintang oleh moderator. Menjadi penceramah dalam kultum juga mendapat 'bintang' itu dari master training, serta prestasi-prestasi lainnya.

Ada sekitar 9 materi saat DA kemarin. Cukup banyaknya telah menambah wawasan saya. Setelah selesai materi selalu diadakan sesi tanya jawab dan diskusi. Seperti yang saya sebutkan tadi, bagi yang bertanya akan mendapat bintang. Dengan adanya reward itu, hampir semua bertanya. Meskipun pertanyaan kadang tidak berhubungan dengan materi, bahkan terkesan pertanyaan biasa saja. Termasuk saya ;) Namun, 'seburuk-buruknya' pertanyaan tetap saja menjadi pelajaran dan memperkuat kesan bahwa orang Muhammadiyah itu kritis.

Dalam salah satu materi yang bagus karena pematerinya, yaitu tentang MKCHM (Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah), waktu sangat tak terasa. Saya berniat bertanya namun secara tidak langsung. Saya coba tulis pertanyaan kepada dosen favorit saya ini, berharap bisa dijawab dalam di lain kesempatan. Inti pertanyaan saya :

Prof. Amin Rais pernah berpendapat tentang kondisi muslim di Indonesia dengan mayoritas kuantitas, minoritas kualitas. Apakah pendapat itu berlaku untuk Muhammadiyah kali ini?

Alhamdulillah, tak perlu waktu yang lama beliau langsung menaggapi disela-sela kesibukannya. Berikut jawaban beliau  melalui surel (surat elektronik) :
Ass. Mohon maaf baru balas Rizki, Mungkin nggak/belum bisa menjawab secara komprehensif pertanyaan rizki. Namun sekedar perspektif, saya setuju dengan pandangan itu. Kondisi seperti itu terjadi di Muhammadiyah, kuantitas AUM Muhammadiyah tidak paralel dengan mutu AUMnya. Meski kita juga barangkali nggak bisa mengeneralisir sehingga bisa menimbulkan pesimisme. Di beberapa wilayah, daerah, cabang dan ranting, Muhammadiyah tetap mengeliat dengan spirit tajdidnya. PWM Jawa Timur, mungkin salah satu Wilayah yang hingga hari ini terus mengeliat menunjukkan elan dan etos Muhammadiyah. Mampu bersaing dan leading ketika berhadapan dengan mayoritas warga Nahdliyin.

Beberapa sekolah Muhammadiyah di Solo (UMS), Malang (UMM), Magelang (SMK Otomotif), Prambanan (SMPM),Sidoarjo (SMPM-SMAM) dan Surabaya (SDM Kreatif dan SDM Pucang) sendiri memberikan potret yang berbeda dan menarik tentang kemampuan Muhammadiyah meresponi berbagai perkembangan mutakhir di dunia pendidikan. Untuk persyarikatan, Cabang Cileungsi (Bogor), Sumber Sari (Jawa barat), dan beberapa cabang serta Ranting lainnya memberi inspirasi untuk model pegembangan Cabang dan Ranting Muhammadiyah. AUM di bidang ekonomi misalnya, BTM Wira Desa di pekalongan memberikan contoh tentang mengelola Bank Syari'ah yang profesional.

Hemat saya, apa yang disampaikan Pak Amin, ada benarnya untuk beberapa wilayah, daerah, AUM dan ortom-ortom kita, untuk menyemangati agar kita terus bekerja keras untuk mengembangkan perysarikatan. Namun, optimisme juga harus dikembangkan karena di beberapa PWM, AUM dan ortom juga ada geliat yang yang memberi harapan bahwa Muhammadiyah siap menghadapi percaturan dan tata kehidupan global baru ini. Jika ada waktu, ada baiknya kita melakukan ziarah ke wilayah dan  AUM yang sukses untuk kembali belajar dan menjemput semangat serta menyadari bahwa saudara kita banyak dan bertebaran di seluruh penjuru Indonesia, dan kita bisa meng-copy spiritnya untuk AUM kita.

Demikian Rizki. Selamat berjuang, karena nasib persyarikatan ke depan sangat tergantung pada generasi Rizki dan teman-teman kader lainnya.
Wss.
---
Semoga bermanfaat dan menjadi pelajaran kita
Wallaualam bishawab

No comments:

Powered by Blogger.