Ads Top

Rekonsiliasi : Pesan Damai Benazir Bhutto

The Cover (instagram.com/rizki_pd)
Islam, Demokrasi, dan Barat (Islam, Democracy & the West). Itulah tiga subjek yang coba diurai Benazir Bhutto dalam bukunya : Rekonsiliasi (Reconciliation). Buku ini ditulis Benazir sebelum dia dibunuh pada 27 Desember 2007 di Rawalpindi, Pakistan (tiga bulan setelah kembali ke Pakistan). Suatu pengorbanan yang tak ternilai bagi seorang “Ibu” dalam memperjuangkan demokrasi dan masa depan yang lebih baik bagi bangsanya. Jiwa raganya semata-mata dipersembahkan bagi rakyat Pakistan, salah satu Negara besar dengan mayoritas penduduknya beragama Islam.

Saya pertama kali mendengar nama Benazir Bhutto (BB) ketika pertemuan tim materi muktamar IPM tahun 2010, kak Sarkawi mengutip salah satu kata motivasi darinyanya. BB merupakan wanita pertama yang memimpin Negara Muslim, lahir pada tahun 1953 di Karachi, Pakistan. Ayahnya, Zulfikar Ali Bhutto adalah salah satu founding fathers berdirinya Negara Pakistan. BB mengikuti jejak ayahnya menjadi “negarawati” dan memimpin partai demokrasi terbesar di Pakistan yaitu PPP (Pakistan Peoples Party). BB sempat menjadi Perdana Menteri Pakistan periode tahun 1988-1990 dan 1993-1996.

Selama menjadi Perdana Menteri, BB tak pernah menyelesaikan periode pemerintahannya. Itu dikarenakan kudeta militer dan kondisi sengkarut keamanan dalam negeri Negara pecahan India tersebut. Cukup rumit menjabarkan keadaan Pakistan, militer yang haus kekuasaan selalu menerapkan hukum darurat perang, dengan alasan pertahanan dan keamanan baik dalam negeri maupun luar negeri, daerah konflik, serta yang berhubungan dengan perbatasannya (Afghanistan dan India).

BB menjalani hidup di pengasingan sejak tahun 1999 selama 8 tahun, ia tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab. Ia prihatin dengan negerinya, sehingga pada 18 Oktober 2007 ini memutuskan kembali ke Pakistan dengan berbagai resiko yang akan ditanggungnya. Keputusan tersebut diambilnya dalam menghadapi pemilu tahun 2008, agar Pakistan kembali ke jalur demokrasi dan membangun masa depan masyarakat yang lebih baik.

Sejarah Pakistan sebagai Negara memang cukup pelik. Dulunya Pakistan adalah daerah yang dikuasai kerajaan Inggris, begitu juga dengan India dan Bangladesh. Karena Pakistan dan kedua Negara tersebut adalah satu kesatuan daratan. Pakistan memperoleh kemerdekaan dan dideklarasikan pada 14 Agustus 1947, begitu juga India hanya berselang sehari setelahnya. Saat itu wilayah Pakistan terbagi dua, yaitu Pakistan di sebelah barat dan Pakistan Timur (kini Bangladesh) yang terbentang jauh jaraknya oleh daratan India. Agama yang menjadi pembeda Negara-negara ini, Pakistan dengan mayoritas muslim sedangkan hindu di India.

Pada abad ke-16 jauh ratusan tahun sebelum terbentuknya Negara-negara tersebut, menurut BB, sejarah modern Pakistan bisa ditelusuri sampai ke pemimpin Muslim dari India ketika belum terpisah, yang mana yang terhebat dikenal dengan nama Mughal (Bhutto, 2008 : 174). Babur, pendiri Kekaisaran Mughal, adalah keturunan Genghis Khan. Kaum Mughal menyatukan Negara-negara bagian yang dipimpin pangeran dan kerajaan-kerajaan kecil dalam jumlah yang paling banyak selama masa pemerintahannya.
Mughal adalah minoritas muslim di India yang mayoritas beragama Hindu. Namun yang termasyhur, Akbar, yang mewarisi kaisar Mughal pada 1556, mempersatukan kerajaan melalui serangkaian nilai-nilai yang mencakup semuanya, meningkatkan toleransi beragama di dataran luas yang dihuni rakyat penganut agama terbesar Islam, Buddhisme, dan Hinduisme, serta ribuan agama lokal. Ia memerintah lautan manusia dalam jumlah besar ini bukan dengan pemaksaan untuk memasuki salah satu agama, tetapi dengan kekuatan pluralisme dan multikulturalisme. Ia juga mengembangkan dan memodernisasi Kekaisaran Mughal. (Bhutto, 2008 : 174)
Dikatakan juga bahwa Noor Jehan merupakan wanita yang memerintah Kekaisaran Mughal. Tau Taj Mahal? Cucu kaisar Akbar, Shah Jehan lah yang membangun salah satu dari Tujuh Keajaiban Dunia tersebut. Bangunan ini merupakan mausoleum marmer putih berkilauan yang dibangun untuk mengenang istrinya, Mumtaz Mahal, keponakan Kaisar Wanita Noor Jehan. (Bhutto, 2008 : 175).

Sepandang abad ke-17 orang-orang Eropa banyak berlayar mengelilingi dunia. Begitu juga Inggris yang sampai menginjakkan kaki di daratan India pada saat itu. Orang-orang Eropa ini banyak bekerjasama dengan para pribumi dalam mengekplorasi dunia-dunia yang mereka anggap baru tersebut. Pada abad ke-19 penguasa Mughal mundur sampai hanya sebagai tokoh figur. (Bhutto, 2008 : 176). Perpecahan terjadi, dan yang dirugikan adalah pribumi sendiri.

Dalam bukunya ini Bhutto menguraikan gagasan tentang perdamaian, mengajak berbagai pihak untuk bekerjasama membangun dunia yang kondusif dan masyarakat yang sejahtera. Ada banyak faktor yang diungkapkan BB melalui deretan bab-bab-nya :
- Jalan Pulang
- Pertempuran Dalam Islam: Demokrasi vs. Kediktatoran, Moderat vs. Ekstremisme
- Islam dan Demokrasi: Sejarah dan Praktik
- Kasus Pakistan
- Apakah Benturan Peradaban Tak Terelakkan?
- Rekonsiliasi


Kini Pakistan dikenal sebagai Negara yang memiliki sistem pemerintahan Demokrasi Islam. Konstitusi Republik Islam Pakistan dibentuk pada 23 Maret 1956. Sempat terjadi perdebatan dalam pencantuman “Islam” tersebut, termasuk mencoret dan mencantumkannya kembali. BB prihatin dengan negerinya yang selalu jatuh ke tangan pemerintahan militer. Itulah yang disebut BB sebagai kediktatoran.  Perpecahan agama, etnis, dan kedaerahan selalu dijadikan kambing hitam. Kekuatan militer dijadikan alat untuk merebut kekuasaan.

Menurut saya, BB adalah orang yang cerdas. Ia bukan sekedar memimpin partai, ia mampu memimpin bangsa dan rakyatnya. Ia menjabarkan berbagai kasus perkembangan demokrasi hampir dari seluruh Negara di dunia. Yang menjadi catatannya adalah praktik demokrasi di Negara-negara muslim seperti Iran, Aljazair, Libya, Tunisia, Maroko, Mesir, Irak, Afganistan, Komoro, Lebanon, Bangladesh, Yordania, Palestina, Turki, Indonesia, Senegal, Mali, Negara-negara Asia Tengah, Timur Tengah, Afrika, Teluk Persia. Selain itu, BB juga menuliskan perkembangan demokrasi di Negara yang penduduknya bukan mayoritas non-muslim seperti Guatemala, Yunani, Argentina, dan Republik Demokrasi Kongo.

Pada bab kedua buku ini : Pertempuran Dalam Islam: Demokrasi vs. Kediktatoran, Moderat vs. Ekstremisme, BB banyak mengutip ayat suci Al-Qur'an dan juga hadist Rasulullah Muhammad SAW sebagai landasan berpikirnya dalam melihat berbagai hal menyangkut tema bab ini. PB mengawali dengan keprihatinannya terhadap posisi Islam yang disudutkan sejak serangan pembajakan 11 September 2001. Menurutnya, saat sekarang ini jihad diidentikan dengan kekerasan, bom bunuh diri yang bermuara pada suatu istilah : terorisme.

Al-Qur'an surah Almaidah (5):32
Oleh karena itu, Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Isra'il bahwa barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka Bumi, maka seakan-akan ia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah ia telah memelihara kehidupan manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka Bumi.

Kejahatan terbesar terhadap kemanusiaan adalah kejahatan yang dilakukan atas nama Tuhan (Bhutto, 2008 : 22). Selain itu, PB menjelaskan tentang kesetaraan gender, pendidikan bagi perempuan, hingga konsep musyawarah yang menjadi bagian dalam demokrasi.

Sebelum masuk kepada ide BB untuk rekonsiliasi. Ia membantah habis Teori Benturan Peradaban (The Clash of Civilization) Samuel Huntington dalam essainya yang diterbitkan jurnal Foreign Affairs tahun 1993. Setelah runtuhnya Uni Soviet dan berakhirnya perang dingin, diyakini bahwa akan muncul berbagai benturan antar peradaban. Huntington mengidentifikasi tujuh peradaban masa kini: Barat, Konfusian, Jepang, Islam, Hindu, Slavic-Ortodoks, dan Amerika Latin. (Bhutto, 2008 : 261).
Peradaban didenfinisakn oleh agama, bahasa, kebiasaan, tradisi, dan institusi, karakteristik ini tidak berkembang dalam waktu yang sebentar, atau berkembang dalam keadaan vakum kebudayaan; melainkan merupakan produk dari sejarah ekonomi, politik, dan cultural selama berabad-abad. (Bhutto, 2008 : 262)
BB menguliti teori tersebut dengan gagasannya tentang rekonsiliasi dan juga berbagai pendapat ahli tentang “kekeliruan” Benturan Peradaban. Intinya, tidak ada benturan peradaban, yang ada hanyalah kepentingan manusia untuk kekuasaan. Jika benturan itu ada, bisa dipastikan itu adalah benturan kepentingan Negara yang cakupannya lebih sempit dari peradaban.

Melalui buku ini, BB memberikan banyak pelajaran bagi siapapun yang merasa menjadi pemimpin. Terutama pesan bagi mereka yang memimpin Pakistan, pada saat itu, kini dan yang akan datang. Dengan dijadikannya “Islam” dasar Negara, Pakistan harus menjadi contoh dan panutan atas terwujudnya masyarakat yang diridhoi Allah SWT. Sebagaimana Islam merupakan Rahmatan lil Alamin. Memang indikatornya tidak bisa terlihat secara kasat mata, minimal perdamaian terwujud sebagaimana cita-cita BB. Semoga tercapai

No comments:

Powered by Blogger.