Ads Top

Pantang Mundur

Ilustrasi : ppimaroko.org
Menunggu detik-detik pergantian hari di tengah malam. Tepat pukul 00.00 masuk tanggal 9 November, satu hari sebelum hari yang kita sebut sebagai hari pahlawan. Mereka (pahlawan) tak ada satupun yang aku kenal, karena memang aku tak banyak belajar tentang sejarah. Terlebih mereka berbeda zaman, terlahir lebih dulu, dan gugur jauh sebelum aku lahir.

Tim paduan suara sekolah saya hari ini mengikuti lomba, karena temanya tentang hari pahlawan, jelas lagu yang mereka nyanyikan harus sesuai dengan tema. Kabar menggembirakan mereka mampu membuat guru pembimbingnya meneteskan air mata karena tim kami berani tampil maksimal menunjukkan kemampuan mereka mengolah vokal berjamaah.

Karena ada lomba ini saya kembali mengingat tentang hari pahlawan, para laskar pengusir penjajah yang telah berkorban nyawa demi Indonesia merdeka. Hampir saja saya lupa, meskipun ingat tapi mungkin saja saya tidak peduli dengan peringatan pada tanggal 10 November ini. Paling yang saya ingat pada tanggal tersebut ada salah satu sahabat yang merayakan ulang tahunnya. Ia bangga dengan kesamaan tersebut, dan orang tuanya menambahkan kata 'Nopahwan' di belakang nama depannya.

Karena lomba ini saya kembali berhasrat untuk menulis. Ya, hari pahlawan. Istimewa ataupun tidaknya hari ini, Sepuluh November pada tahun-tahun terdahulu adalah sebuah sejarah, dan kita harus mengenang hal tersebut.

Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan. Banyak para pejuang kemerdekaan, terutama yang kita kenal sebagai para pahlawan revolusi lahir, besar, dan wafat di kota ujung timur pulau jawa ini. Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tanggal 10 November 1945, pertemuran pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing, yang hanya 3 bulan setelah proklamasi. Salah satu pertempuran terbesar dan terberat dalam sejarah Revolusi Nasional Indonesia melawan kolonialisme. Batas akhir yang diultimatumkan Mayor Jenderal Mansergh supaya Surabaya menyerah kepada sekutu. Oleh karena itu tanggal ini diperingati sebagai Hari Pahlawan. (http://id.wikipedia.org/wiki/Peristiwa_10_November)

Mereka yang telah tiada banyak dikenang melalui berbagai lagu ataupun syair, diabadikan menjadi jalan, monumen, dicetak dalam uang dan lain sebagainya. Semoga tuhan membalas segala jasamu pahlawan

Pantang Mundur
Cipt. Titiek Puspa

Kulepas dikau pahlawan
Kurelakan dikau berjuang
Demi keagungan negara
Kanda pergi ke medan jaya

Bila kanda teringat
Ingatlah adik seorang
Jadikan daku semangat
Terus maju pantang mundur

Air mataku berlinang
Karena bahagia
Putra pertama lahir sudah
Kupintakan nama padamu pahlawan

Sembah sujud ananda
Dirgahayulah kakanda
Jayalah dikau pahlawan
Terus maju pantang mundur
---
Sebelas orang yang berjuang di atas lapangan hijau, mereka timnas sepakbola U-19, aku sebut sebagai para pahlawan masa kini. Belum pernah saya merasa sebagai supporter sesungguhnya (baca : warga yang bangga) akan prestasi sepakbola tanah air. Tim asuhan coach Indra Sjafri mampu menjuarai kompetisi yang telah lama dinantikan bangsa yang besar ini, terlebih lagi tim ini mampu lolos ke Piala Asia. Luar biasa, aku terharu dan bangga.

Raihlah prestasi banggakan orang tua, Indonesia, jagalah kemerdekaan ini, jagalah alam, persaudaraan, kerukunan, dan kebersamaan. Itulah tugas kita

No comments:

Powered by Blogger.