Ads Top

Nurul Falah

Gambar : yasalam2subang.wordpress.com
Itulah nama madrasah diniyah dulu tempat saya bersekolah. Di kampung saya, Gunung Manik, madrasah diniyah awaliyah (MDA) biasa disebut "sekolah agama". Sekolah ini kita jalani selama 6 tahun, sama dengan sekolah dasar (SD). Rata-rata teman saya sekolah agama berbarengan dengan SD. Jadi setelah pulang sekolah pada sebelum dzuhur, setelahnya sekitar jam 1 kami sekolah agama.


Berbeda dengan teman-teman saya yang biasanya dia di SD kelas 1, maka sekolah agamanya pun kelas 1, atau tidak terpaut jauh lah. Tapi kebanyakan memang ada yang mendahulukan sekolah agama, misal sekolah agama kelas 2, SD baru kelas 1. Namun ada juga yang SD terlebih dahulu baru sekolah agama. Nah, dulu ketika saya kelas 4 SD, di sekolah agama saya sudah kelas 6. Tidak ada yang menyamai. Ketika itu saya kelas 4 SD, rata-rata teman-teman sekelas semuanya sekolah agama kelas 4.


Karena hal itu, di waktu siang saya harus meluangkan waktu lebih untuk sekolah agama. Banyak cerita saat sekolah agama dulu. Meskipun sebenarnya di usia sekecil itu kami padat dengan jadwal, tapi kami masih tetap bisa bermain. Maklumlah anak kecil. Terlebih yang mengherankan, saya baru sadar bahwa tempat tinggal saat kecil dulu kami berada di daerah terpencil, jauh dari keramaian kota.

Waktu Shubuh kami sudah ke surau, berjamaah kemudian mengaji. Pagi ke sekolah, siang sekolah agama, kadang kursus komputer, mencari rumput untuk kambing, bermain sepakbola, Magribh kembali mengaji hingga Isya, hingga belajar di rumah bersama teman-teman.

Kenapa saat kelas 4 SD saya sudah kelas 6 sekolah agama? Sebelumnya saya hanya ikut-ikutan sekolah agama, tepatnya bersama Teh Tia, Agus dkk. Merekalah kakak sekaligus teman. Ikut-ikutan sekolah adalah sekedar masuk kelas, belajar, namun tidak dimasukkan kelas secara legal. Nah, ternyata saya "dianggap" mampu mengikuti pelajaran dengan usia yang kecil saat itu, umur 5 tahun.

Saya pun baru menyadari, di tempat saya bersekolah itu merupakan didikan NU (Nahdlatul Ulama). Saya benar-benar baru sadar, namanya juga orang awam yang belum mengerti apa-apa. Yang saya tahu, kami bersekolah dan beribadah sesuai tuntunan ajaran Islam yang sudah ada secara turun-temurun. Memang kampung kami dulu adalah tempat yang cukup religius, meskipun tidak terdapat pesantren.

Saya pun terkenang saat Pemilu tahun 2009, saat itu pemungutan suara di DPR untuk pemilihan Presiden yang disiarkan secara langsung di TV. Kebetulan tempat saya bersekolah agama adalah satu komplek dengan rumah keluarga pemilik sekolah. Ya, saya sekedar melihat dari jendela, sebut saja Pak Asep, kepala sekolah kami saat itu sangat senang kegirangan hingga melompat-lompat saat Pak Abdurahman Wahid (Gus Dur) dinyatakan menjadi Presiden RI ke-4.

Ini adalah penafsiran awam saya bahwa nama sekolah kami Nurul Falah berafiliasi dengan organisasi NU, dan meskipun seperti itu yang patut disyukuri adalah sekolah kami ini insyaallah tetap eksis hingga saat ini karena memang berada dalam naungan Kementerian Agama RI.

No comments:

Powered by Blogger.