Ads Top

Hancurkan Mental Inlander Itu

Ilustrasi : google.com
Lebih dari 350 tahun bangsa, daratan dan lautan seluruh isi bumi pertiwi Indonesia, Nusantara dijajah oleh kolonial Belanda. Tepatnya koorporasi dagang bernama VOC. Tak hanya itu, tercatat berbagai bangsa lainpun pernah "mencicipi" hasil alam dari Indonesia, seperti Jepang, Inggris, Spanyol sampai Portugis dan Amerika.

Jauh sebelum bangsa-bangsa itu masuk wilayah Nusantara, di daerah-daerah Sabang sampai Merauke telah berdiri berbagai kerajaan-kerajaan sebelum disatukan menjadi Nusantara atau Indonesia. Sebutlah kerajaan Pajajaran, Majapahit, Sriwijaya, Kutai, Kerajaan Aceh, Kesultanan seperti di DIY, Ternate dll. Sampai saat ini, cerita tentang kerajaan-kerajaan tersebut bisa kita baca dan dengar. Keberadaan kerajaan-kerajaan itu dalam sejarah tercatat dari abad-abad awal sampai pertengahan.

Berbagai perang telah terjadi baik antar kerajaan-kerajaan di Nusantara, maupun melawan bangsa dari luar yang mencoba merebut daratan dan kekayaan alam yang ada di Indonesia. Terletak di wilayah yang strategis, berada di garis khatulistiwa, iklim yang cocok dan tanah yang subur menjadikan Indonesia sasaran untuk pendudukan bangsa asing, khususnya bagi bangsa Eropa dan Amerika.

Taktik devide et impera atau memcah belah orang-orang nusantara menjadi jalan untuk melakukan pendudukan. Penjajahan terus berlanjut meskipun terjadi berbagai perlawanan, baik dari kerajaan-kerajaan pada masa awal-awal, maupun dari para pejuang kemerdekaan di saat revolusi terjadi. Orang penjajah tidak mau kehilangan akal, berbagai cara lainnya pun dilakukan seperti cara adudomba antar daerah, golongan tua-muda dan lain sebagainya.

Berlatar belakang semangat 3G (Glory, Gold dan Gospel), mengumpulkan kehormatan, kekayaan dan penyebaran keyakinan, pendudukan di Nusantara merajalela. Berbagai trik dan dalih digunakan untuk perampasan dan pendudukan wilayah Indonesia. Sampai saat ini pun penjajahan masih berlanjut dengan perusahaan-perusahaan multiinternasional yang menjadikan Indonesia sebagai tempat investasi. Bermodal dana dan teknologi, koorporasi-koorposasi asing mengeruk kekayaan alam Indonesia, seperti minyak bumi, gas, batubara, nikel, timah, tembaga sampai bahan atom (uranium) yang konon ada di tanah Papua.


Tak tanggung-tanggung, seperti yang telah kita ketahui, koorporasi asing "berkongkalikong" dengan Indonesia untuk berpuluh-puluh tahun kedepan, ada yang 40 tahun ada yang 50 tahun dan lain sebagainya. Apalagi untuk mendapatkan keuntungan. Nah, untuk itu berbagai kerjasama "edan" dengan nilai kontrak yang sangat besar dan "kurang masuk akal" harus direnegosiasi. Bukan rahasia umum lagi, sebut saja kontrak-kontrak sekitar 99 persen untuk asing, dan Indonesia hanya 1 persen. Belum lagi yang 1 persen itu dikorupsi. Ironis sekali.

Orang-orang asing tau bagaimana mental masyarakat kita. Makanya, yang berdagang dan menawarkan jasanya di Indonesia pasti laku. Hal ini terlihat bagaimana produsen otomotif Jepang berhasil memasarkan barangnya di Indonesia. Laris manis. Penelitian selama berpuluh-puluh tahun telah mereka lakukan di bumi tanah air kita, ketika mereka menjajah kita, merekan mencoba mengetahui apa sih yang kita mau, apa sih yang kita perlu dan butuhkan. Sekarang mereka menjawabnya dengan berbagai produknya. Sebut saja motor, mobil, alat-alat rumah tangga dan lain sebagainya. Lihat saja iklan-iklan, hampir seluruhnya dari bangsa luar.

Namun, disamping itu banyak juga anak-anak bangsa yang memiliki pemikiran yang bagus dan terjun untuk bersaing dengan bangsa luar. Mereka yang bermental bukan orang terjajah. Sejah pendudukan Belanda, memang stratifikasi, klasifikasi orang-orang yang tinggal di Indonesia telah dibeda-bedakan. Urutannya, 1. Mereka yang berasal dari Eropa, atau orang kulit putih, 2. Keturunan Asia Timur atau lainnya, seperti Tionghoa, Jepang India, Arab, mereka itulah bangsa kulit kuning, dan yang terakhir 3. Orang-orang bumi putera, yaitu kita.

Mental inlander telah tertanam dalam diri bangsa bumi putera pada saat itu. Karenanya, jika berhadapan dengan bangsa lain, orang-orang bumiputera ini ada rasa minder. Serta doktrinisasi orang-orang penjajah kepada bumi putera sangatlah kuat. Mereka menganggap orang-orang yang terjajah itu ada sesuatu yang kurang dalam anatomi tubuh dan otaknya. Makanya mereka pantas dijajah.

Berlatar belakang hari untuk mengenang pahlawan kali ini, marilah kita bersujud syukur atas apa yang telah terjadi saat ini. Ingat, penjajahan terus berlanjut namun dengan cara lain. Kita tau itu semua. Jadilah bangsa yang merdeka seutuhnya Indonesia, jauh dari Korupsi. Hancurkan mental inlander itu. Salam Pahlawan.

No comments:

Powered by Blogger.