Ads Top

Perkara

Meskipun hanya sekejap, walaupun hanya satu kedipan. Ternyata melihat
parasmu tak dapat kulihat. Sampai saat ini diri masih selalu teringat.
Peristiwa memang begitu kejam. Namun, karena dirimu aku selalu
menunggu.

Mungkin hari itu kuanggap sebagai Sabtu kelabu. Iya. Tapi entahlah,
mungkin juga itu bukan kehendak kita. Dan, yang menjadi kambing hitam
selalu waktu, situasi serta kondisi yang ada.

Entah apa yang kau pikirkan. Diri dalam posisi koordinat yang keliru
serta tak terperikan. Pikiran selalu bekerja, pikiran selalu berputar.
Selalu hanya satu. Dirimu.

Diriku pernah berucap, diriku memang terlalu. Sampai untuk melakukan
satu perkara pun enggan. Pada akhirnya hanya suatu batas yang
menghentikan. Perenungan dengan sendirinya. Dia datang menjelang otak
yang lelah dan harus beristirahat untuk berselang untuk esok kemudian
ataukah untuk berselang.

Otomatis. Tak ada hati paling terguncang kala itu. Seperti yang telah
diketahui aku telah mengatakan beberapa nama yang menjadi catatan.
Apakah akan menjadi perhatianmu atau tidak aku hanya menyerahkannya
pada yang maha kuasa. Karena diriku hanya berdiam tak mau semua
semakin runyam. Semoga itu tindakan sama yang akan kau lalukan juga.

Mata merupakan kamera paling canggih dan paling mutakhir. Mata mampu
merekam dan memperlihatkan serta menunjukkan semua dengan jelas.
Meskipun bisa jadi ada kekurangan, seperti mata min. Namun bisa
memakai berbagai alat bantu.

Mata memperlihatkan semuanya dengan jelas. Namun, mata ciptaan tuhan
hanya bisa merekam dan menyimpannya di dalam pikiran. Mata, tak dapat
mempublikasikan dan memperilihatkan apa yang didapatnya kepada yang
lainnya. Terkecuali bantuan mulut dan kolaborasinya untuk
menyampaikan.

Kembali lagi, namun mata setiap insan berbeda apa yang dilihatnya.
Satu mata melihat satu perkara dengan persepsi baik. Di satu sisi,
oleh mata lainnya bisa berbeda.

Bukankah semua harus diterangkan secara gamblang. Agar terlihat cerah
dan terang benderang. Meskipun tersirat, inilah semua isi hati.
Percuma, karena saling berpercaya telah menjadi janji. Dan itu aku
akan ditepati.

Mari kita bernyanyi sejenak, kemudian kita kembali bercengkrama.

Ketika mimpimu yang begitu indah
Tak pernah terwujud
Ya sudahlah
Saat kau berlari mengejar anganmu
Dan tak pernah sampai
Ya sudahlah

Meskipun tak mewakili, lagu tersebut menjadi spirit. Biarkan semua
berjalan dan bergerak pada porosnya. Sesuai kehendak Tuhan. Karena Dia
tahu yang terbaik untukmu yang selalu aku mohonkan. Bahkan Tuhan
mengabulkan lebih dari itu.

Semua dirasakan. Kadang, yang terlihat tidak seperti yang dipikirkan
dan bukan sebenarnya yang sebenarnya terjadi. Hati terlalu picik
mempersepsikannya. Tergantung bagaimana ia berkolaborasi dengan sang
otak.

Selalu berbaik sangka. Perlu ditegaskan. Sekali lagi, yang terlihat
yang terdengar yang terasa tidak seperti apa yang sebearnya terjadi.

Rasanya belum cukup. Hentakkan lagu kedua akan lebih cadas. Cari
sejenak, karena alunannya agak asing didengar kaula sekarang. Panic!
At The Disco.

Everything I do is bittersweat
You could tell me secrets that I probably repeat
I'm not trying to hurt you
I just love to speak
It's feels like we pulling teeth
So bittersweat

Everything I do is bittersweat
You could tell me secrets that I probably repeat
I'm not trying to hurt you
I just love to speak
It's feels like we pulling teeth
So bittersweat

Tak cukup sehari. Kita kembali terpisah untuk beberapa waktu yang
dalam prediksi belum diketahui kapan akan bersua kembali. Suara dan
bayangan selalu melintas dalam angan. Menjadi keinginan yang belum
tersampaikan.

Kemana langkah berjalan, disetiap ayunan akan berirama dengan lantunan
do'a serta rapalan permohonan yang terbaik. Sampai berakhirnya
hembusan nafas berbagai kata untuknya (untukNya) silih berganti
menghiasi ucapan sebagai untaian kata yang tak akan jera.

Hanya untuk kita. Bersama selalu berdo'a.

Jampang, 1 September

No comments:

Powered by Blogger.