Ads Top

Ujian Nasional Computer Based Test, Perlukah?

Ilustrasi : topmba.com
Kabar gembira bagi para peserta didik kelas akhir tingkat SMA maupun SMP, pasalnya tahun 2015 ini Ujian Nasional bukan menjadi penentu kelulusan dari satuan pendidikan. Kini kelulusan peserta didik ditentukan dalam Rapat Dewan Pendidik di sekolah masing-masing. Beberapa kriteria kelulusan peserta didik diantaranya menyelesaikan seluruh program pembelajaran, nilai rata-rata raport, nilai ujian sekolah, dan perilaku baik peserta didik selama bersekolah dengan memperolah nilai sikap yang baik untuk semua mata pelajaran.


Selama 12 tahun, penyelenggaraan Ujian Nasional menjadi momok bagi peserta didik. Ketidaklulusan dalam UN membuat jerih payah tiga tahun sekolah menjadi sia-sia. Disitulah banyak peserta didik merasa sedih. Dari tahun ke tahun, penyelenggaraan UN kerap dilanda masalah seperti keterlambatan percetakan, kualitas kertas yang buruk, distribusi, hingga bocoran soal dan jawaban. Inilah yang memunculkan kontroversi tentang UN, ada yang pro dan kontra, yang menganggap UN hanya jadi proyek semata.

Jika sekarang kelulusan peserta didik ditentukan pihak sekolah, perlukah menyelenggarakan UN? Menurut Kemendikbud, UN tetap penting karena digunakan untuk pencapaian kompetensi peserta didik, salah satu dasar seleksi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan sebagai alat pemetaan pendidikan secara nasional.

Beberapa pihak yang keberatan dengan UN menganggap pemerintah, khususnya Kemdikbud yang bertanggung jawab terhadap pendidikan perlu memperbaiki banyak hal. Seperti infrastuktur sekolah dan aksesnya, pengadaan penunjang media belajar, persoalan kurikulum, hingga peningkatan kesejahteraan pendidik. Mereka yang ada di daerah terpencil harus melewati hutan, sungai, dan perjalanan yang jauh ke sekolah yang sudah mau roboh. Belum lagi pendidiknya yang belum menerima gaji selama berbulan-bulan. Masalah pendidikan bukan hanya tentang UN saja. Tidak bisa disamakan tingkat pendidikan di kota-kota besar dengan di pelosok.

Selain tidak dijadikannya nilai UN sebagai penentu kelulusan, ada beberapa perbedaan dari penyelenggaraan UN sebelum-sebelumnya. Diantaranya, proses lelang dan pencetakan bahan UN ditangani masing-masing Provinsi, sebelumnya menggunakan sistem regional. Dengan tujuan agar proses pencetakan dan distribusi lebih efektif dan efisien.

Jika sebelumnya UN hanya menggunakan soal dan lembar jawaban berupa kertas (Paper Based Test), kini mulai dirintis UN berbasis computer (Computer Based Test) yang dilaksanakan bagi sekolah-sekolah yang sudah siap. Sebenarnya sempat muncul isu tentang UN Online, tapi berdasarkan rilis Kemdikbud, yang akan digagas adalah CBT tersebut. Namun, mayoritas penyelenggaraan UN tetap menggunakan Lembar Jawaban Komputer berupa kertas.

Dengan perkembangan teknologi informasi, pendidikan bangsa kita harus beranjak ke arah yang lebih baik. Teknologi komputer, mobile, hingga aplikasi perangkat lunak sangat berkembang pesat. Bahkan Mendikbud Anies Baswedan pernah menyampaikan bukan tidak mungkin proses belajar-mengajar bisa menggunakan komputer tablet (tab). Mungkinkah?

Tak bisa dipungkiri, meskipun Indonesia masih tergolong Negara berkembang, tetapi penggunaan teknologi komputer dan berbagai jenisnya seperti laptop, netbook, smartphone, dan computer tablet sangat tinggi. Namun dengan jumlah yang banyak belum digunakan secara maksimal untuk kegiatan belajar-mengajar. Belum lagi perkembangan ekonomi yang belum merata di berbagai daerah mengakibatkan daya beli untuk produk teknologi ini belum untuk semua lapisan masyarakat.

Beberapa tahun yang lalu, Thailand telah memesan dan membagikan ratusan ribu komputer tablet gratis kepada pelajarnya. Selain itu India juga membagikan sekitar hampir 7 juga laptop untuk pelajarnya dengan nominal 10,2 miliar rupee atau sekitar Rp.18 triliun. Di Indonesia pun pastinya ada program seperti itu, salah satunya yang dilakukan Pemerintah Kota Solo pada 2012 lalu meskipun dengan jumlah yang tidak sebanyak yang diberikan pemerintah Thailand ataupun India.

Program peningkatan kualitas Sekolah Kejuruan pun telah bekerjasama dengan dunia industri seperti perakitan komputer, laptop dan suku cadangnya. Peluang ini bisa terus dikembangkan agar teknologi bisa tersebar merata ke seluruh daerah. Apalagi jika bisa diproduksi secara mandiri dari dalam negeri menggunakan teknologi dan sumber daya lokal. Perangkat inilah yang kelak bisa digunakan untuk proses belajar-mengajar, hingga penyelenggaraan ujian di sekolah masing-masing seluruh Indonesia.

Ramah Lingkungan 
Memang menjadi perdebatan tentang penyelenggaraan UN serta ada yang menganggap hanya ‘proyek rutin’ pemerintah dan berbagai instansi yang terkait. Bukan hanya pengadaan soal dan pencetakannya saja, selain itu ada distribusi, biaya untuk pengawas tiap sekolah, kota/kabupaten, pengelolaan nilai, hingga melibatkan perguruan tinggi yang tentunya memerlukan biaya juga.

Itulah mimpi besar bangsa kita agar teknologi bisa menjamah seluruh lapisan masyarakat khususnya di sekolah sebagai salah satu tempat belajar-mengajar. Penggunaan teknologi sebagai media pembelajaran bisa mengurangi penggunaan kertas. Penggunaan banyak kertas bisa mengakibatkan banyak limbah, karena banyak setelah menggunakan kertas kemudian dibuang begitu saja dan akhirnya menjadi sampah yang tak bernilai. Salah satu bahan baku kertas adalah kayu, semakin banyak memproduksi kertas, maka semakin banyak menebang pohon yang notabene sebagai penghasil oksigen planet ini.

Dari data UN tahun2013, ada sekitar 2.687.426 peserta dari tingkat SMA/MA/SMK, ada 6 mata pelajaran yang diujikan, dan kita asumsikan setiap mata pelajaran ada 10 lembar soal. Maka untuk jenjang SMA sederajat saja membutuhkan 161 juta lembar kertas soal UN.

Perlu kerjasama baik antara pemerintah, masyarakat, dan stakeholder terkait yang terlibat dalam pengelolaan pendidikan negeri ini. Memperoleh pendidikan merupakan hak setiap insan, terutama pendidikan yang mencerdaskan, yang membuat peserta didik berperilaku jujur, dan cinta terhadap setiap jengkal tanah air ini.

Mungkin niatan baik pemerintah menyelenggarakan Ujian Nasional Computer Based Test untuk memperbaiki pendidikan bangsa ini, bukan untuk ‘gaya-gayaan’ saja. Tujuan dari pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa terutama pelajar yang sedang menjadi peserta didik di sekolah saat ini kelak akan menjadi pemimpin-pemimpin negeri dan generasi penerus bangsa. Hasil daripada pendidikan bukan tentang angka-angka yang tertera dalam ijazah atau raport. Tetapi hasil dari pendidikan merupakan nilai-nilai yang tersamar dalam perilaku yang santun, keterampilan, dan kecerdasan yang mampu membawa negeri ini damai, lestari, adil, dan sejahtera.

No comments:

Powered by Blogger.