Menyudahi "Galau"
gambar :anakajaip.multiply.com |
Galau tidak mengenal umur. Meskipun istilah galau sedang "in" baru-baru ini, namun dengan ekspos media yang begitu gencar, dengan cepat galau ini naik daun. Saya pun bukan ikut-ikutan galau ya, tapi itu dulu. Mudah-mudahan sekarang sudah tidak lah yau. Ini adalah cerita serta introspeksi bagi kita semua.
Karena galau, salah satu stasiun televisi malah membuat acara yang khusus tentang galau, yaitu galau nite di metro tv. Mendengar judul acaranya, saya jadi merinding. Tanya kenapa? Yang saya takutkan, virus galau ini akan terus menyebar. Sebagaimana saya lihat di iklannya, galau ini ada karena ada sebabnya. Bisa karena cinta, masalah dengan teman, galau karena pekerjaan, sekolah, kampus, tugas, ataupun galau dengan semua keadaan yang ada, yang membuat hati menjadi risau sampai gundah gulana.
Selajutnya, karena galau, penulis yang penuh inspirasi, Fahd Djibran bisa menghasilkan karyanya yang diberi "titel" : Yang Galau Yang Meracau (YGYM). Saya bisa jadi salah satu orang yang pertama kali mempunyai buku itu, tanya saja penerbitnya, :) Buku ini memberikan "wejangan" melalui cerita khas ala fadhisme yang mampu membius kita untuk ikut berekspresi dan ber-emosi bersamanya. Lihat saja salah satu alurnya yang bercerita tentang kehidupan kita sehari-hari yang diselimuti kebimbangan, apalagi jika dibenturkan dengan masalah agama. Meskipun agak lupa-lupa ingat, namun buku ini wajib dibaca deh.
"Galau" menciptakan program dan menggiring perusahaan telekomunikasi membuat promosi yang bertajuk serta mengangkat hubungan remaja dan galau. Lihat saja iklan telkomsel dengan ikon nya si kang sule, dari galau muncul trend "aku gak punya pulsa", "tanpamu aku galau" dsb. Hal ini memperlihatkan bahwa galau menjadi komoditas yang memiliki bargaining menghasilkan profit atau keuntungan. Selain itu, liat saja iklan-iklan yang lain seperti operator axis, xl axiata dan indosat. Khusus indosat, baru-baru ini doi membuat program komunikasi atau taris yang judulnya "indosat anti galau". Tuh kan, karena galau, trafik naik, baik trafik suara (nelpon), sms sampai trafik data (internet).
Semua yang saya tulis di atas saling berhubungan. Antara perilaku remaja yang notabene merupakan objek bisnis, galau itu sendiri, dengan berbagai program yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan. Nah, bagaimana ini, galau terus melanda. Tenang saja, menurut saya galau adalah suatu penggiringan opini masyarakat. Sebetulnya tidak ada galau bila kita berpegang teguh pada optimisme dan tidak bermain dengan perasaan. Sebagaimana semboyan salah satu band punk indonesia yang bernama bunga hitam : jangan bicara perasaan.
Siapkah untuk menyudahi galau? Ada banyak cara untuk membawa hati kembali tenang. Salah satunya dengan do'a kepada tuhan. Dialah pemilik hati serta pikiran kita semua. Galau ada karena kita melihat, merasakan, dan memikirkannya. Kita semua pasti memiliki cara tersendiri untuk menyudahinya. Mencoba untuk berpikir positif pun patut untuk dikembangkan. Cobalah untuk mendengarkan ceramah berikut ini untuk menyudahi galau kita semua (ceramah alm. kang ibing). Selamat datang hari esok yang lebih baik.
No comments:
Post a Comment