Pemuda, Globalisasi dan Nasionalisme
Anak-anak dari kecil sudah diajarkan “mencuri” melalui cerita seperti Si Kancil. Dari lagu dan ceritanya tentu kita hafal. Boleh sedikita saya kutip, Si Kancil anak nakal, suka mencuri ketimun. Apakah ada hubungannya dengan sikap pribadi seseorang di masa mendatang. Memang ironis, rasa nasionalisme, salah satunya jiwa patriotisme tak lagi dipupuk sejak dini. Begitulah beberapa pernyataan Kolonel Sunindyo dalam pemaparan materi di acara Kemah Kebangsaan Pemuda Jakarta 2010 di Ragunan Jum’at (3/12).
Beberapa pokok hal yang dibahas mengenai pemuda dan perannya dalam dunia global saat ini. Beberapa hal yang disinggung tersebut disampainya dengan berbagai humor tentang situasi social masyarakat Indonesia. Berikut merupakan pendapat pendapat beliau mengenai beberapa hal tersebut : Globalisasi merupakan suatu keadaan yang memuat tatanan dunia menjadi kampung. Tentunya globalisasi memiliki dua sisi yaitu positif dan negatif. Selain itu, globalisasi bisa disebut juga dengan suatu proses tatanan yang mendunia.
Salah satu bentuk sisi positif globalisasi, yaitu kita bisa mengadopsi etos kerja yang baik dari orang-orang bangsa lain dll. Tapi ingat, bahwa globalisasi memiliki kekurangan yang menjadi boomerang bagi bangsa sendiri bila tidak diantisipasi, karena sepanjang ini globalisasi menyebarkan paham yang disebut liberalisme. Paham liberalisme ini dikhawatirkan bisa mengikis rasa nasionalisme yang tentunya bisa berhubungan dengan masyarakat yang akan lupa dengan identitas dirinya sendiri.
Kesenjangan bisa ditimbulkan juga oleh globalisasi. Turunan dari itu, masyarakat akan kerang peduli dengan bangsa serta kehilangan kepribadian diri. Hal yang diwanti-wanti (sangat dikhawatirkan) adalah hilangnya rasa hormat kepada orang yang lebih tua.
Tentunya globalisasi dalam menyikapinya harus dengan sikap yang selektif. Perkembangan teknologi sangatlah maju begitu cepat. Salah satu bentuk penyelewangan dari pesatnya teknologi dapat dilihat dengan maraknya penyalahgunaan teknologi itu sendiri.
Di sela materi-materi yang lumayan serius, Kolonel Sunindyo sempat menjawab pertanyaan dari peserta yang salah satunya berhubungan dengan kejadian beberapa waktu lalu tentang penggusuran tempat tinggal pensiunanTNI. Tak berbeda jauh dengan penggusuran rumah TNI, masyarakatpun sekarang tengah dihadapkan dengan situasi penggusuran tempat tinggal dengan beberapa alasan. Seperti bangunan-bangunan liar, tidak memiliki izin dan lain-lain. Beliau memiliki pendapat bahwa “keong aja punya rumah”. Memang benar mungkin, apalagi manusia.
Mulai sejak dini pemuda sebagai generasi harapan bangsa harus membentengi diri dari hal-hal negatif globalisasi. Lebih awal dari itu, generasi muda harus saling mengingatkan dan menyebarkan pesan bahwa jangan sekali-kali lupa bahwa kita adalah bangsa Indonesia yang memiliki budaya luhur dengan tak melupakan para pendahulu.
Pemuda harus berkomitmen menjaga tanah air Indonesia yang kita cintai ini. Salah satu bentuknya bisa berupa kesadaran melakukan advokasi serta memiliki pendidikan dan impelemtasi konkrit untuk memajukkan bangsa.
No comments:
Post a Comment