Teruskan Boi
Juli 2010.
Boi. Itulah sebutan untuk anak-anak pada adat Melayu yang aku tau dari bukunya Andrea. Panggilan itu tidak ada hubungannya dengan "boy" dalam sebutan anak laki-laki pada bahasa Inggris, karena anak perempuanpun biasa dipanggil 'boi'.
Ini tidak ada hubungannya dengan prolog di atas. Intinya aku akan terus menulis, membaca walaupun yang aku tau sekarang tidak ada apresiasi dari siapapun tentang diriku sendiri. Sekarang aku benar-benar merasa sendiri. Sangat sendiri. Merasa kawan lamaku semuanya meninggalkan. Tidak ada yang peduli maupun menyapa. Menyedihkan. Perkembangan teknologi sekarang yang bisa membuat kita bisa berhubungan walaupun jarak yang memisahkan tidak bisa berbuat apa-apa. Semuanya menjadi individualis.
Pada pertengahan aku berfikir, akupun sedikit merenung. Pastinya diri ini ada khilafnya juga kan. Ya, sampai saat ini aku meresakan seperti gamang lah. Ada asap karena ada api, serta tentunya ada sesuatu yang terbakar. Itu pandanganku pada satu sisi. Mungkin aku punya salah yang menjadikan seperti ini, dan belum sempat aku selesaikan apa itu yang menyebabkannya.
Pada akhirnya, memang kebanyakan orang itu memiliki prinsip "new frinds forever and old friends please only don't forget". Bingung sendiri jadinya. Tetapi setelah melihat apa yang terjadi sekarang akan dijadikan pelajaran kedepannya.
Aku memang tidak memiliki catatan harian, membiasakannya memang tidak mudah. Oke, disini sekarang aku masih punya blog ini untuk mengungkapkan semuanya yang ada di pikiran dan otakku. Perasaanku semuanya. Sampai jumpa dewantoro in the next episode. Nuun Walqolami Wamaa Yashturuun
No comments:
Post a Comment