Ads Top

Catatan Seorang Fasilitator

Foto : @agilboges
Seminggu yang lalu tepat dimulainya Pelatihan Kader Taruna Melati II IPM DKI Jakarta tahun 2014. Dalam periode kedua saya di Pimpinan Wilayah IPM DKI Jakarta, inilah perkaderan formal yang pertama kami selenggarakan. Sementara itu, dalam periode pertama saya di IPM DKI, kami lebih banyak menyelenggarakan perkaderan informal seperti Upgrading dan acara kemah pelajar (Green Camp). Tidak ada kata yang patut saya ucapkan kecuali rasa syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas pertolongannya PKTM 2 kemarin berjalan dengan sukses, baik, dan lancar. 

Fasilitator bukanlah seseorang yang memberikan fasilitas. Tapi fasilitator berasal dari kata fatsil yang artinya mempermudah. Seorang fasilitator memiliki kewajiban bersama warga belajar (peserta pelatihan) untuk terciptanya suasana yang kondusif selama pelatihan. Jika dulu kita sempat mengenal seorang instruktur, yaitu orang yang memberikan bermacam perintah (instruksi) kepada warga belajar. Tetapi sistem instruktur ini ditinggalkan dalam IPM karena seorang instruktur menampilkan sikap yang bertolak belakang ketika di depan warga belajar dan kehidupan sehari-hari. Selain itu kapasitas seorang instruktur wajib memiliki kemampuan dan pengetahuan yang lebih tinggi.

Kita telah mengenal sistem pelatihan dengan model belajar orang dewasa (paedagogy). Nah, seorang fasilitator bersama-sama warga belajar menciptakan suatu pelatihan yang bersifat partisipatoris, yaitu setiap orang yang berada dalam pelatihan memiliki kontribusi dua arah, mereka menerima ilmu dan juga memberikan berbagai pengalamannya masing-masing. Setiap warga belajar merupakan insan dewasa yang bukan lagi anak kecil yang hanya disuapi.

Penyelenggaraan Pelatihan

Jauh sebelum hari penyelenggaraan pelatihan tentunya berawal dari perencanaan. Dalam perencanaan membahas berbagai konsep yang akan dilaksanakan dalam pelatihan dan langkah apa saja yang perlu dipersiapkan. Fasilitator lebih fokus kepada bagaimana konsep pelatihan dalam hal materi, narasumber, dan mengkondisikan suasana yang membuat warga belajar tertarik untuk berpartisipasi aktif. Inilah yang membedakan fasilitator dengan panitia. Pelatihan didukung secara teknis oleh panitia, seperti pengaturan tempat pelatihan, konsumsi, dekorasi, dokumentasi, hingga transportasi. Sementara itu fasilitator bisa menjadi bagian dari panitia ketika sebelum hari penyelenggaraan pelatihan. Dalam pelatihan, fasilitator fokus bersama warga belajar. Namun dalam pelaksanaannya, kerja fasilitator maupun panitia bisa saja ditukar.

Dalam pelatihan kita telah melalui berbagai proses. Khusus dalam pelatihan PKTM 2 kemarin, banyak pengalaman yang dapat diaplikasikan dan saya dapatkan. Sejak dari pembukaan, telah merubah pemikiran saya tentang kader IPM DKI Jakarta. Ternyata banyak pelajar yang masih peduli dan bisa untuk membaca dan menulis, melalui presentasi resensi buku yang telah mereka baca. Dalam penjadwalan narasumber dan materi, fasilitator perlu cerdik mengatur waktu, menyiapkan berbagai perangkat dan juga membuat mood semangat para warga belajar. Selain itu perlu juga mencairkan suasana dengan ice breaking, bernyanyi, dan olahraga.

Pengorbanan
Seperti yang diutarakan seorang kawan, dda tiga macam pengorbanan ketika hendak akan melaksanakan kegiatan ataupun pelatihan. Yaitu materi (uang/barang), pemikiran (ilmu), dan waktu. Untuk nomor satu dan dua yaitu uang dan ilmu ketika kita berikan insyaallah akan ada balasannya. Ketika uang habis kita masih bisa mencarinya, begitu juga dengan ilmu. Ketika memberikan pelajaran niscaya tidak akan berkurang, bahkan akan bertambahlah ilmu yang diberikan. Tapi waktu, ketika kita meluangkan waktu dikorbankan untuk menyelenggarakan kegiatan atau pelatihan, waktu yang sama tidak akan kembali lagi.

Kita semua sama diberikan waktu oleh Allah SWT : 24 sehari. Bukan karena tidak punya waktu, kita semua pasti punya waktu. Hanya saja ada yang bisa menyempatkan diri untuk berpartisipasi, ada juga yang tidak.

Untuk pelajar, tidak ada bosan-bosannya kita belajar. Setelah disekolah atau di kampus belajar, kini dalam pelatihan pun kita dituntut untuk belajar. Selain itu waktu belajar dalam pelatihan sangat panjang sehingga mengurangi “jatah” istirahat para warga belajar, apalagi fasilitator. Inilah pengorbanan yang tidak bisa kita hitung harganya.

Kebersamaan

Efek dari sebuah pelatihan (perkaderan) tidak akan terasa ketika beberapa hari atau beberapa minggu setelah pelatihan, apalagi saat pelatihan itu berlangsung. Efek dari pelatihan, pengalaman, dan ilmu saat pelatihan akan sangat kita rasakan bertahun-tahun setelah pelatihan. Betapa berharganya dan begitu luar biasa pelajaran yang didapat dalam pelatihan. Benar adanya ketika ada alumni yang bilang sepuluh tahun lagi setelah pelatihan kita akan merindukan suasananya dan juga kebersamaannya. Ditambah lagi ketika pelatihan kita bisa bersilaturahmi dengan para alumni, inilah berkah kebersamaan.

Dalam pelatihan kita ditempa, diberikan pemahaman berupa ilmu, serta diharuskan untuk memahami kawan-kawan kita sesama warga belajar pelatihan. Kita berdiskusi bersama, membahas sesuatu yang mengawang-awang hingga apa yang harus kita lakukan kini dan esok. Semua itu kita lakukan, baik peserta dan fasilitator semata-mata untuk belajar dan mendapatkan pencerahan (ilmu) yang bermanfaat.

Saya sebagai fasilitator sadar betul atas segala kekhilafan dan kekurangan pelatihan kemarin. Oleh karena itu saya meminta maaf dengan sangat. Sekecil apapun kontribusi dari kawan-kawan, kami sangat menghargai itu. Apalagi yang telah banyak membantu. Pada akhirnya setelah penyelenggaraan PKTM 2 IPM DKI kemarin, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada siapapun yang telah ikut membantu sejak sebelum, penyelenggaraan, hingga selesainya kegiatan. Semoga apa yang telah kawan-kawan lakukan menjadi catatan amal baik disisi Allah SWT.

No comments:

Powered by Blogger.