Ads Top

Hidup Berawal dari Gengsi


Gengsi itu Seperti Patung

Gengsi itu Seperti Patung

Biarkan kita kembali melakukan refleksi. Ingat. Dalam kitab suci Adam adalah manusia pertama ciptaan tuhan. Ia pun didaulat sebagai khalifah dan 'diyakini' sebagai Nabi. Jauh dari waktu penciptaan Adam, berbagai makhluk telah diciptakan sang Maha Pencipta. Sebutlah saja Jin, Malaikat dan Setan.

"Sujudlah kalian semua, wahai Malaikat, Setan kepada Adam!" Kira-kira seperti itulah (jika saya diperbolehkan untuk lancang) Tuhan memerintah.

Apa yang terjadi setelahnya? (dengan tidak merubah skenario) kita semua mengetahui bahwa Malaikat patuh kepada Tuhan, kecuali Setan. Ia ingkar. Entah apa yang ada dipikirannya. Setan belum sempat menceritakannya kepadaku.

Banyak kemungkinan.

Kita berandai : "Untuk apa aku sujud kepadanya (Adam-red). Tak sudi diriku. Doi dibuat dari tanah. Gua dari api"

Itulah Gengsi. Telah ada ribuan juta milyar (mungkin) waktu yang lalu.

Kemungkinan yang lain. Bung Setan tak mau sujud kepada Adam karena tak mau "sujud" yang hanya dia persembahkan kepada Tuhan diberikan kepada yang lainnya. Cukuplah kepada Tuhan. Gengsi memang membutakan, bukan hanya mata tapi juga mata hati yang tak dapat terlihat.

Saat ini? Gengsi? Banyak!

Kita semua merindukan kehidupan suasana desa, suasana perkampungan. Indahnya, sejuknya, tenangnya.

Sementara itu, banyak orang menginginkan hidup, punya rumah di kota, apartemen dan perumahan elit. Jangankan saling menyapa dan saling kenal, tetangga sebelah pun dalam suasana seperti itu belum tentu kenal, apa lagi saling membantu dan menolong. Apakah itu juga gengsi? Entahlah.

Aku sendiri pernah merasakannya. Berbeda. Meskipun jaraknya saling berjauhan beberapa puluh meter bahkan kilometer, suasana di desa-desa saling mengenal. Itulah interaksi.

Marilah membangun tatanan suasana tempat yang lebih nyaman untuk tinggal. Melampaui segala gengsi. Kita semua Pasti bisa.

25 September 2011

No comments:

Powered by Blogger.