Cintai Negeri Ini
Ilustrasi : http://instagram.com/rizki_pd |
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu
Pancasila dasar negara
Rakyat adil makmur sentosa
Pribadi bangsaku
Ayo maju maju
Ayo maju maju
Ayo maju maju
(Lagu Garuda Pancasila, Karya Sudharnoto)
Apapun yang terjadi, kita harus menjaga kerukunan yang ada di negeri ini. Pancasila merupakan penyatuan segala bentuk cara untuk mewujudkan bangsa yang luhur. Sila nomor satu, "Ketuhanan Yang Maha Esa" harus ditopang dengan sila kedua, sila ketiga dst. Begitu juga sila keempat, ataupun sila kelima, harus ditegakkan bersama sila-sila yang lainnya.
---
Beberapa waktu belakangan ini saya banyak menyaksikan film dari Jepang. Dengan kemajuan negaranya dalam hal teknologi, sosial, dan budayanya, negeri matahari terbit ini secara kasat mata begitu sempurna. Para pejabatnya sadar jika melakukan kesalahan langsung mengundurkan diri, bahkan jika kesalahannya sangat memalukan mereka melakukan Harakiri (bunuh diri dengan menusukkan pisau/pedang ke perutnya kemudian membedahnya membentuk seperti huruf O). Apalagi masyarakatnya yang sangat sadar untuk terus belajar. Mereka sangat cerdas dalam berbagai hal.
Namun, dari kelebihan tersebut, Jepang tetap saja memiliki kekurangan. Masyarakatnya yang sibuk, menjadikan mereka kurang memperhatikan keluarganya. Kehidupan begitu renggang dan sangat individualis. Selain itu kehidupan kota-kota besar yang dinamis menimbulkan permasalahan sosial, seperti maraknya kejahatan serta rusaknya moral sebagian orangnya.
Itulah gambaran tentang Jepang. Sementara itu, salah satu negara tetangga kita, seperti Thailand dan Myanmar memiliki konflik tersendiri dalam tubuh pemerintahannya. Pihak oposisi pemerintah Thailand menuntut para pejabatnya untuk mundur karena tidak berhasil membawa perbaikan di negaranya. Sementara di Myanmar (Burma), dalam pengamatan saya, memiliki ketegangan antara pihak militer dan orang-orang yang pro-demokrasi. Banyak nyawa yang telah menjadi korban. Siapa yang membangkang harus ditembak. Nyawa tak lagi berharga. Kondisi konflik ini pernah Indonesia alami ketika masa reformasi 98, ataupun saat pemberontakan PKI di berbagai daerah.
Kita yang akan menyelenggarakan Pemilihan Umum tahun 2014 sungguh sangat beruntung. Kita harus menjaga kerukunan antar warga tanpa melihat siapa mendukung siapa ataupun Partainya. Jadilah para politisi yang bersih, sebagaimana tujuan mulia politik yaitu menciptakan tatanan masyarakat yang damai dan sentosa.
---
Yang terpenting, dalam menghadapi masa depan bangsa ini harus memupuk rasa optimisme dan percaya diri. Pelajaran ini saya dapatkan dari dua tokoh pendidikan, yaitu Bapak Anis Baswedan dan Prof. Agus Suradika. Dalam sebuah acara Pak Anis menyampaikan bahwa kita harus melihat sisi positif dari suatu kejadian.
Misalkan dalam waktu belakangan ini banyak politisi dan pejabat kita yang terjerat kasus korupsi, tidak tanggung-tanggung, para pejabat yang gajinya sudah selangit pun korupsi, bahkan pejabat kepolisian ketahuan punya aset yang melimpah dan rekening gendut. Selain kasus korupsi, banyak lagi kasus yang membuat hati kita miris, seperti ketidakadilan hukum dan kesenjangan yang begitu terasa di masyarakat, orang-orang borjuis yang memakai aksesoris jutaan rupiah, sementara banyak anak-anak harus berjalan puluhan kilometer, menyeberangi sungai, dan jembatan yang ambruk untuk sampai sekolah. Setelah itu guru mereka tak ada karena belum digaji 3 bulan.
Dibelakang itu semua, kita harus optimis bahwa banyak orang-orang jujur dan berani. Siapakah mereka? Itulah yang menangkap para koruptor (penyidik KPK dan jajarannya), para dermawan, dan pekerja-pekerja sosial yang dengan penuh dedikasi mengabdi di negeri ini.
---
Sebagai tokoh pendidikan di Ibu Kota, Prof. Agus Suradika punya cerita dan kesan bagi saya. Beliau bercerita :
Ada seorang anak asal Jepang yang bertanya pada 'Tuhan', "Berapa lama lagi negeri kami akan damai, sejahtera, sentausa?". 'Tuhan' menjawab "25 tahun lagi". Anak itu bertanya kembali "mengapa lama sekali ya 'Tuhan'?", kemudian anak tersebut berlari sambil menangis.
Setelah itu ada anak dari Korea yang mengutarakan pertanyaan yang sama pada 'Tuhan', "Berapa lama lagi negeri kami akan damai, sejahtera, sentausa?". Karena kemajuan negara Korea di berbagai bidang saat ini, maka 'Tuhan' menjawab "15 tahun lagi". Anak itu berlari sambil menangis "mengapa sangat lama" :'(
Kemudian ada anak dari Indonesia bertanya pada 'Tuhan', Berapa lama lagi negeri kami akan damai, sejahtera, sentausa?", seketika 'Tuhan' tidak menjawab, malah 'Tuhan' berlari sambil menangis.
Lama dalam diam, kemudian 'Tuhan' melihat anak-anak Indonesia yang tetap terus belajar dan berusaha menimba ilmu walaupun di hari Ahad. Kemudian 'Tuhan' kembali dan berbicara kepada anak dari Indonesia. "Negerimu akan damai, sejahtera, dan sentosa 30 tahun lagi".
--- Jawaban tersebut berdasarkan perhitungan 'Tuhan' pada anak-anak yang belajar di hari Ahad. Umur mereka sekitar 15 tahun, ditambah 30 tahun menjadi 45 tahun. Ketika mereka menginjak umur 45 tahun, mereka akan menjadi genarasi penerus bangsa yang tidak kenal lelah mengabdi untuk bangsa Indonesia.
Mengabdilan, Cintailah Negeri Ini. Indonesia tercinta
No comments:
Post a Comment