Ketika Kekuasaan Diperebutkan
Ilustrasi : #CapresJadul (twitter) |
Dari tahun 2012 lalu beberapa tokoh telah terlihat berambisi menjadi Presiden RI. Bahkan ada juga yang sejak tahun 2004 mencalonkan jadi Presiden/Wapres dan kali ini maju kembali. Ini adalah hal yang biasa dalam Negara yang berdasarkan demokrasi, apalagi dengan berdalih mengedepankan kepentingan rakyat, karena pemimpin dari rakyatlah yang mereka anggap dapat mewadahi aspirasi masyarakat (rakyat).
Yang terbaru, bapak Wakil Presiden RI 2004-2009 pada tahun 2014 ini dicalonkan untuk menjadi Presiden oleh PKB. Pada pemilu lima tahun lalu, Pak JK mencalonkan dari Partainya sendiri dimana beliau jadi Ketua Umumnya, namun kini ketua DMI (Dewan Masjid Indonesia) dan PMI (Palang Merah Indonesia) pusat ini diapresiasi oleh partai yang identik dengan ormas NU (Nahdlatul Ulama).
Partai pemenang pemilu 2009,Partai Demokrat yang tidak mungkin mencalonkan lagi Pak SBY menjadi Presiden kini sibuk dengan Konvensi. Hal ini adalah cara untuk menguji para Calon Presiden untuk ditawarkan kepada masyarakat, manakah yang layak untuk menjadi Calon Presiden. Konvensi Calon Presiden ini tergolong hal yang baru di Indonesia. Karena biasanya partai menentukan sendiri siapa calon yang akan mereka usung. Konvensi Partai Demokrat ini mirip dengan yang dilakukan Partai Demokrat di Amerika Serikat ketika pada tahun 2012 lalu partai ini “mengadu” Obama dan Hillary Clinton. Bedanya di Partai Demokrat Indonesia terhitung ada 11 tokoh yang mengikuti Konvensi. Hal ini menunjukkan bahwa para tokoh ataupun politisi sangat antusias “mengisi kemerdekaan ini”.
Seperti kita ketahui, Partai Demokrat adalah pecahan dari Partai Golkar, karena memang Partai berlogo pohon beringin ini dulu adalah partai yang sangat besar. Pak SBY dulu adalah anggota partai ini. Selain itu berbagai politisi yang kini mencalonkan menjadi presiden adalah irisan dari partai ini. Sebut saja Abu Rizal Bakri (Golkar), Surya Paloh (Nasional Demokrat), Prabowo Subianto (Gerindra), Wiranto (Hanura), bahkan JK pun dulu bagian dari Golkar.
Banyaknya kepentingan dalam hal pemilu ini membuat kita was-was akan kekuasaan yang diperebutkan. Jika para politisi ini memiliki niat yang baik, niscaya bangsa ini akan maju ke arah yang lebih baik. Saya menjadi teringat suatu pepatah, tentang bagaimana ketika orang-orang mengejar kekuasaan, menghalalkan segara cara untuk mendapatkannya, ketika kekuasaan itu berhasil didapat maka yang ada adalah ketidaktenangan. Benarkah?
No comments:
Post a Comment