Empat Pilar Menuju Hidup Sejahtera dan Damai menurut Ajaran Islam

Foto : Pak Syakir Jamaluddin, M.A
Berikut adalah beberapa pesan yang saya dapatkan dari rihlah dakwah kemarin. Kebiasaan dibangun dengan melakukan aktivitas secara berulang-ulang setiap hari. Memang berat membangun kebiasaan yang baik, banyak tantangannya dan selalu ada godaannya. Itulah cobaan kita untuk menjadi insan yang lebih baik di dunia dan akhirat. Semoga Allah SWT meluruskan niat dan membimbing kita di jalan yang benar.

Kita akan hidup tenteram bahagia, jika :
I.    Sehat
II.    Cukup rizqi
III.    Rumah tangga harmonis, seluruh anggota keluarga, istiqomah melaksanakan ajaran islam
IV.    Tawakkal kepada Allah SWT

Kiyai yang Hilang

Pak AR (sangpencerah.com)
Merinding rasanya mendengar kisah-kisah tentang almarhum Pak AR. Fachruddin, ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang paling lama menjabat. Kemarin saya berkesempatan untuk mengikuti Rihlah Dakwah PP Muhammadiyah ke PDM Jakarta Timur, di Mesjid Asudairi Muhammadiyah Rawamangun.

Acara ini merupakan ajang silaturahmi Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dengan berbagai Pimpinan Daerah Muhammadiyah, dengan rangkaian acara yang dimulai sejak sore ba'da Ashar hingga pagi. Terdapat empat sesi materi, pertama ba'da Ashar hingga menjelang Magribh materi tentang perjuangan KH. Ahmad Dahlan, kedua sambutan atau ceramah oleh PDM Jakarta Timur, ketiga materi tentang Ibadah Sholat ba'da Isya hingga pukul 22.00 WIB, istirahat hingga sholat tahajud pukul 03.00 pagi, setelah itu materi keempat pada ba'da shubuh hingga pukul 06.00 pagi tentang The 9 Golden Habits.

Dalam dakwah perlu menjunjung tiga nilai, yaitu ikhlas, cinta, dan komitmen. Begitulah ayahanda PP Muhammadiyah mengambil inti dari sambutan Pak Abu Bakar, selaku ketua PDM Jakarta Timur. Perjalanan hidup dan jalan dakwah KH. Ahmad Dahlan telah sering kita dengar. Bahkah telah menjadi inspirasi dan dijadikan film layar lebar. Dari sekian banyak tokoh dan legenda Muhammadiyah, yang patut dijadikan teladan adalah Pak AR. Fachruddin.

Cerita tentang Pak AR. Fachruddin mengerucut ketika penutupan. Pak Qomar selaku Ketua Majelis Tabligh PWM DKI Jakarta hingga berlinang air mata ketika mengisahkan Pak AR, panggilan akrab Pak AR Fachruddin. Nama lengkap beliau adalah Abdur Rozak Fachruddin, lahir di Yogyakarta pada 14 Februari 1916. Kehidupan awal Pak AR sudah berkecimpung di Muhammadiyah, karena mengenyam pendidikan di Standaard School, Sekolah Dasar Muhammadiyah di Jogja hingga Tablighschool, sekolah Mubalighin. Beliau pun sempat ditugaskan ke Daerah Sumatera Selatan, serta mengembangkan dakwah Muhammadiyah dan mendirikan lembaga pendidikan Muhammadiyah disana. Pak AR diamanahkan menjadi ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah selama beberapa Muktamar, terhitung hingga 22 tahun dari 1968-1990. Sebelumnya memang Pak AR pernah menjadi Ketua PDM Kota Yogyakarta, dan PWM DIY.

Sebagai pimpinan, Pak AR bisa kita sebut "pejabat". Tapi beliau tidak silau dengan jabatan dan tahta. Begitupun harta. Pak AR tetap bersahaja. Bahkan beliau menjual bensin eceran di depan rumahnya. Seperti yang ditulis Taufiq Ismail dalam puisinya tentang Muhammadiyah.

Suatu ketika ada tamu ke Jogja, tamu itu minta tolong kepada Pak AR untuk minta diantarkan ke rumah sekretaris PP Muhammadiyah, Pak AR membawakan tas tamu itu dan memesankan becak. Tamu tersebut tidak tau yang telah membantunya adalah ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah.

Rumah Pak AR di jalan Cik Di Tiro, Yogyakarta kini menjadi kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Betapa beliau telah mewakafkan diri dan apa yang dimilikinya semata-mata untuk persyarikatan dan kemanusiaan. Jika ditanyakan siapakah Ketua PP Muhammadiyah yang dekat dengan karyawan, pimpinan, dan anggota persyarikatan? Sudah tentu itu Pak AR. Gaji beliau dari Pemerintah saja selalu dibagikan kepada fakir miskin ataupun karyawan di PP Muhammadiyah.

Banyak yang bilang bahwa dakwah Pak AR itu sejuk, lemah lembut, tapi membuat para pendengar tertarik. Ciri khas beliau sebagai pemimpin sangat diidamkan. Disegani siapapun, baik sipil militer, termasuk Presiden kala itu, Pak Harto. Seperti halnya Kiayi Ahmad Dahlan yang disegai rezim penjajah kala itu. Dua Kiayi ini telah tiada. Semoga damai di sisiNya.

Puisi
Rasa Syukur dan Doa Bersama
dari Taufiq Ismail untuk 1 Abad Muhammadiyah

Saudaraku, dapatkah kau bayangkan
Seratus lebih tahun yang lalu masanya
Ada anak muda yang ingin melalukan sesuatu untuk umatnya
Dan dia berbuat
Teman-temannya diajak bersama

Dapatkah kau perkirakan
Bagaimana sederahana kerja yang dimulainya
Betapa bersahaja lingkungan di sekitarnya
Tetapi jejak panjang ribuan kilometer
Dimulai dengan langkah bersama

Dia menghimpun ummat dengan cita-cita yang sama
Tarjih, tajdid, menolong kesengsaraan umum, mencerdaskan bangsa
Betapa bersahajanya
Dia tidak kenal sistem gerakan, organisasi dan kepemimpinan
Dia tidak tau sumber daya, jaringan, aksi, dan pelayanan

Itu teori-teori abad dua puluh satu ini
Di zaman itu belum dilahirkan
Sementara itu, dengan pandangan mata biru
Lihatlah batas pemisahan
Antara garis air dan tanah di bumi terbentang di bawah sana

Lihatlah sungai, pantai, bukit, sawah, ladang, dan pegunungan
Lihatlah kota, kebun-kebun, jalan berliku, sepanjang lautan, garis pelayaran
Semua muncul dengan garis-garis dan bidang begitu banyak warnanya
Yang begitu indahnya
Kata orang itu sekeping sorga

Itu sekeping jannah ke dunia dilemparkan
Organisasi ini seratus tahun kemudian
Memeluk seluruh panorama itu
Dimulai ketika tanah air kita baru di mimpi empat puluh lima puluh juta orang jumlah manusianya
Dan kini begitu membesar

Empat sampai lima kali lipat gandanya
Dahulu masih dalam cengkraman kuku penjajahan begitu lama
Kini sudah berbeda dengan rangkaian pengalaman bahagia dan deritanya
Organisasi ini sertus tahun kemudian tumbuh
Dan membesar ormasnya
Kemudian mendewasa dengan kekayaan pengalamannya

Lihatlah
Enam ribu taman kanak-kanak
Lima ribu tujuh ratus dua puluh delapan sekolah dasar
Tiga ribu dua ratus dua puluh sembilah SMP
Dua ribu tujuh ratus tujuh puluh enam SMA
Seratus satu SMK
Empat puluh lima mu'allimin dan pesantren
Seratus enam puluh delapan perguruan tinggi
Kemudian, kemudian, tujuh puluh rumah sakit
Dua ratus delapan puluh tujuh BKIA
Tiga ratus panti yatim piatu

Dan semua ini diurus oleh tiga ribu dua ratus dua puluh satu pengurus cabang
Delapan ribu seratus tujuh pengurus ranting
Kemudian, kemudian, di dunia luar di sana
Di luar Indonesia tiga belas cabangnya
Dan tanah wakaf dua puluh sembilan juta hektar luasnya
Tidak akan terpikirkan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan
Sang pendiri raksasanya ormas ini

Alhamdulillah, alhamdulillah
Fenomena ini sangat pantas
Dengan rasa sangat dalam disyukuri
Betapa lagi luar biasa
Bila diikuti doa
Dua puluh dua juta anggota di seluruh nusantara
Yang membacakan puisi ini
Adalah satu dari yang dua puluh dua juta orang itu
Saya terkenang pada masa masuk sekolah dasar hari-hari pertama

Enam puluh delapan tahun yang lalu
Di Sekolah Rakyat Muhammadiyah dua Surakarta
Ketika itu tentara Jepang menduduki Indonesia tahun pertama
Saya ke sekolah
Lalu diantar ibu saya pagi-pagi
Menyeberang rel kereta api
Lalu menjinjing sabak dan kotak grip kecil bikinan Jepara
Sakali seminggu latihan pandu Hizbul Wathan
HW, pake topi gagah sekali
Saya terkenang ketika saya tamat enam tahun kemudian
Di Sekolah Rakyat Muhammadiyah Ngupasan Yogyakarta
Tahun sembilan belas empat puluh delapan di zaman revolusi
Di ibukota Republik Indonesia

Terimakasih Muhammadiyah
Guru di sekolah Muhammadiyah, terima kasih
Pak Solihin, Bu Badriah, terima kasih
Kalian mengajariku ilmu-ilmu
Berhitung, mencongak, ilmu bumi, serta ilmu manusia
Model sebelum masuk kelas
Dipimpin oleh pak Alfian
Satu sekolah berdoa bersama

Tapi
Di Ngupasan
Surat Al Maun yang paling berkesan dari semuanya
Thoamil miskin, thoamil miskin
Memberi makan orang miskin, memberi makan orang miskin
Betapa tertancap dalam
Surat Al Maun
Demikianlah
Ku doakan guru-guru
Guru-guruku itu

Kemudian ku doakan sahabat-sahabat ayah dan ibuku
Buya Hamka, Iktaulik Paradek, kawan sekelas ayah saya
Pak Farid Makruf, di Kauman
Pak Kahar Muzakkir, di Kotagede
Keduanya guru besar yang sederhana
Ibu Zaenab Damiri, Ibuku bersama beliau di Aisyiyah di zaman revolusi

Kemudian, kemudian, ku doakan pula Pak AR Fachruddin
Kyai yang sangat bersahaja
Yang di rumah, yang di halaman rumah beliau 
Menjual bensin eceran
Untuk motor mahasiswa

Dan
Ku doakan, ku doakan
Seluruh pemimpin ummat
Tak ku kena nama dan wajah mereka
Ku doakan persyarikatan ini
Semoga tangguh sebagai bahtera di samudera
Kita semua penumpangnya paham
Ancaman taupan dan gelombang raksasa

Tapi
Selama tauhid berdetak di jantung
Dan berdesah di nafas
Kita gentar tiada
---
Dibacakan oleh Taufiq Ismail dalam Malam Tasyakuran Satu Abad Muhammadiyah
Stadion Mandala Krida Yogyakarta, 3 Juli 2010

Puisi dari : http://immcabangbskm.wordpress.com/2010/09/01/rasa-syukur-dan-doa-bersama-dari-taufiq-ismail-untuk-1-abad-muhammadiyah/
Profil lengkap Pak AR : http://www.muhammadiyah.or.id/id/content-165-det-kh-ar-fachdrudin.html

Gue Bukan Gie

Foto : Istimewa
Entah sudah berapa kali saya menonton film Gie. Sepertinya lebih dari lima kali. Film Gie yang mengangkat perjalanan hidup seorang aktivis zaman Orde Lama yang bernama Soe Hok Gie. Film yang terinspirasi dari kisah nyata ini memang untuk darah muda yang selalu bersemangat seperti saya. :)

Dosen saya pernah bilang, seperti apa yang ditulis Gie, berbahagialah mereka yang mati muda. Banyak aktivis yang mati muda, tapi mereka selalu dikenang melalui tulisan mereka. Seperti Gie, ada juga Chairil Anwar, yang terkenal dengan puisi-puisinya. Sementara itu Gie dikenang dalam tulisannya Catatan Seorang Demonstran. Ia memang seorang penentang, terutama kepada aturan-aturan yang tidak memihak pada kebenaran, kepentingan rakyat, yang menindas, dan yang hanya mementingkan golongan tertentu saja. “Tak ada yang lebih puitis selain mengatakan kebernaran” kata Gie.

Ada yang bilang bahwa film Gie hanya propaganda. Melalui ceritanya, khalayak dihadapkan atas dua sisi yang berbeda dari keadaan saat itu, maupun sisi lain dari tokoh-tokoh yang ditampilkan, termasuk sisi lain dari Gie sendiri.

Bagi saya, realitas yang dihadapkan kepada kita, perlu kita kaji lagi. Itulah gunanya diskusi. Dalam film ini, sejak sekolah dasar, Gie muda senang membaca dan berdiskusi. Di kelas dia termasuk yang paling aktif menyampaikan pendapatnya. Baik itu tentang kebijakan maupun tentang pelajaran. Puncaknya saat dia kuliah di Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Diskusi sangat intens ia lakukan dengan kawan-kawannya. Diskusi tentang kampus, pemerintahan, maupun tentang lingkungan. Tak sampai disitu, referensi yang dilakukan bukan tentang realitas disekeliling, ada juga dari buku maupun dalam bedah film.

Gie lahir di Jakarta pada 17 Desember 1942, tepat satu hari sebelum ulang tahunnya yang ke-27, Gie menghembuskan nafas terakhirnya di Gunung Semeru, Jawa Timur. Melakukan aktifitas di alam adalah salah satu kesenangannya. Hampir setiap akhir pekan ia habiskan untuk mendaki gunung, terutama gunung Gede, di taman nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Seperti lagu yang menceritakan kisahnya “berbagi waktu dengan alam, kau akan tau siapa dirimu sebenarnya”.

Seperti halnya dalam demostrasi, demonstran turun ke jalan untuk menyampaikan suaranya, menyuarakan tuntutannya. Bagi Gie, itu hanya bagian kecilnya saja. Gie melawan dengan menulis. Hingga ia menjadi dosen di almamaternya, Gie tetap kritis melihat situasi yang menurutnya tidak sesuai.

Sejak kecil Gie selalu mempunyai teman yang dekat dengannya. Apalagi ketika kuliah, kedekatan dengan kawan-kawannya memperlihatkan dirinya perlu bekerjasama, ia tak bisa sendiri. Dalam perjuangan perlu kebersamaan dan saling menjaga. Mungkin itulah filosofi yang Gie ambil dari perjalanannya naik-turun gunung di Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala).

Dalam cinta, Gie kurang begitu mahir. Dalam menjalin hubungan kekasih, katanya ia agak “rikuh”. Selain faktor kondisi politik pada saat itu yang memprihatinkan, faktor cinta membuat hatinya merenung lebih dalam. Menjadi inspirasinya dalam menulis di kehidupannya yang singkat.
Sebagai seseorang yang lahir di tanah air, kita sama tak ada yang berbeda. Perjuangan kita sama, untuk mewujudkan cita-cita pendiri bangsa untuk mewujudkan negeri damai, adil, makmur dan raknyatnya yang sejahtera. Meskipun dalam jalan dan waktu yang berbeda.

Puisi Cahaya Bulan
Soe Hok Gie

Akhirnya semua akan tiba pada sautu hari yang biasa
Pada suatu ketika yang telah lama kita ketahui

Apakah kau masih selembut dahulu
Memintaku minum susu dan tidur yang lelap
Sambil membenarkan letak leher kemejaku

Kabut tipis pun turun pelan di lembah kasih
Lembah Mandalawangi

Kau dan aku tegak berdiri
Melihat hutan-hutan yang menjadi suram
Meresapi belaian angin yang menjadi dingin

Apakah kau masih membelaiku semesra dahulu
Ketika kudekap
Kau dekaplah lebih mesra
Lebih dekat

Apakah kau masih akan berkata
Kudengar detak jantungmu
Kita begitu berbeda dalam semua
Kecuali dalam cinta

Cahaya bulan menusukku dengan ribuan pertanyaan
Yang tak akan pernah ku tau dimana jawaban itu

Bagai letusan Merapi bangunkan ku dari mimpi
Sudah waktunya berdiri
Mencari jawaban kegelisahan hati

Gambar : ulasberitadotcom.blogspot.com

Perkaderan yang Berkesinambungan

Foto : Hawali
Terkadang kita merasa jenuh ketika belajar di kelas. Kembali kepada motivasi kita, itulah faktor dari dalam, dan banyak faktor dari luar seperti pelajaran apa yang disampaikan, siapa yang menyampaikan, bagaimana caranya menyampaikan. Kita merasa waktu berjalan lambat ketika berada di kelas yang membosankan.

Kasus di atas terjadi beberapa waktu yang lalu, tepatnya seminggu yang lalu saat Pelatihan Kader Taruna Melati 3 (PKTM) IPM DKI Jakarta. Ada salah satu peserta yang meminta narasumbernya jangan yang "garing". Ada juga yang menyampaikan bahwa materi-materi yang diberikan terlalu tinggi. Dalam artian bahasa dan penyampaiannya menggunakan istilah-istilah yang asing di telinga para peserta.

Secara tingkatan, TM 3 tentunya berbeda dengan TM 2 dan TM 1. Perkaderan Taruna Melati memang didesain berjenjang disesuaikan tingkatan mulai dari Pimpinan Ranting, Pimpinan Cabang, Daerah, Wilayah, hingga Pusat. Materi yang dimasukan kedalam perkadran pun terdapat penyesuaian. Misalkan paket materi tentang IPM, di TM 1 tentang pengenalan, di TM 2 diperdalam lagi, di TM 3 sudah mulai mengkaji apa itu IPM. Selain itu di TM 3 sudah dimasukkan muatan ideologis dan sosial kemasyarakatan.

Sebagai fasilitator saya menyadari hal tersebut. Kami tidak memaksakan para peserta untuk faham dan langsung mengerti apa yang disampaikan oleh sang narasumber. Oleh karena itu perlu diskusi yang lebih mendalam lagi tentang materi-materi yang telah diterima untuk kemudian dievaluasi.

Ada beberapa alumni yang menganggap kami belum layak menyelenggarakan PKTM 3 ini. Katanya, melihat dari sisi Pimpinan Wilayah dan juga Pimpinan Daerah yang ada di DKI. Saya mengamini kami perlu pembenahan dimana-mana. Nah, pelaksanaan TM 3 kemarin adalah salah satu program perkaderan yang harusnya didukung berbagai pihak.

Selain itu, proses yang lumayan panjang untuk melaknakan TM 3 ini. Mulai dari analisis, menyekolahkan kader ke Wilayah lain, menyelenggarakan TM 2 terlebih dahulu, menyusun materi sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan Sistem Perkaderan IPM, pemetaan peserta, hingga penentuan waktu, tempat, dan narasumber. Selain itu yang penting dari yang terpenting adalah urusan pendanaan.

Dalam proses penyelenggaraan, fasilitator memegang peranan paling penting. Pembagian tugas antar fasilitator, baik itu dalam urusan materi ataupun instrumen, urusan kerohanian dengan Imam Training, hingga koordinasi dengan panitia teknis seperti urusan konsumsi, perlengkapan, dan kebersihan.

Kini sudah seminggu berlalu, waktu terasa begitu cepat berjalan. Hari-hari penyelenggaraan pun seperti itu. Kelas materi dan diskusi diikuti berulang-ulang. Tentunya bukan hanya di kelas, perkaderan sesungguhnya ada di akar rumput dan basis massa IPM yaitu pelajar.
---
Terimakasih kepada semua pihak yang telah ikut menyukseskan PKTM 3 IPM DKI Jakarta :
- Ayahanda Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebet Timur
- Majelis Dikdasmen Pimpinan Cabang Muhammadiyah Tebet Timur
- Pimpinan Cabang 'Aisyiyah Tebet Timur
- Alumni IPM, Angkatan Muda Muhammadiyah Tebet dan Jakarta Selatan
- Segenap Pimpinan Wilayah IPM DKI Jakarta
- Pimpinan Daerah IPM Jakarta Selatan
- Pimpinan Cabang IPM Tebet Raya
- Seluruh Peserta yang luar biasa ^^

Perbaiki Jalan ke Gunung Padang

Jalan Rusak dari Cireunghas ke Pal Dua
Saya pernah tinggal di Gunung Manik lumayan lama. Menghabiskan masa kanak-kanak dengan ceria. Seperti kebanyakan kampung di pelosok, akses jalan menuju Gunung Manik masih batu-batu yang disusun menjadi jalan. Sebenarnya ada juga sih yang diaspal, hanya saja itupun sudah lama terbengkalai dan cepat rusak. Entah karena alam, mobil besar yang selalu melintas, atau karena konstruksi jalan yang rapuh.

Saya kategorikan jalan ke Gunung Manik menjadi empat. Pertama kategori A, dari Cianjur menuju Warungkondang. Jalan ini jalan bagus, karena jalur Provinsi yang menghubungkan Bandung-Cianjur-Sukabumi. Jalannya lebar, aspalnya mulus, dan sering ada tambal perbaikan.

Kedua, jalan kategori B, dari pertigaan Warungkondang-Bebedahan.  Sekitar tahun 2005, saya kelas dua SMP, bersama teman-teman kami hendak main ke rumah saya di Gunung Manik. Jalanan masih mulus, aspalnya bagus. Tapi lambat laun, hingga kini jalan rusaknya sangat parah. Sekitar 90 persen jalanan rusak. Aspal hanya titik-titik saja, lubangnya yang banyak. Bahkan jika musim hujan di daerah sekitar Kuntul, lumpur memenuhi jalan, jika tidak hati-hati pengguna jalan bisa juntai.

Ketiga, jalan kategori C, dari Bebedahan ke Cibokor. Jalan kategori C ini kebalikan jalan kategori B di atas. Tadinya yang sangat rusak parak, setelah itu ada perbaikan. Aspal diperbarui, jalanan menjadi mulus dan lancar. Hanya jalan ini tidak selebar kategori A. Namanya juga jalan ke pedalaman.

Terahir, jalan kategori D, jalan hanya tanah dan bebatuan. Dari Cibokor, kendaraan menuruni bukit melewati perkebunan teh. Kita harus hati-hati, tidak bisa ngebut, apalagi saat hujan, jalanan sangat licin. Salah sedikit bisa fatal terperosok ke jurang.

Jika sahabat pernah dengar Situs Megalitikum Gunung Padang, pasti harus melewati jalan kategori A-C diatas. Parahnya saat Presiden SBY ke Situs Megalitikum pada tahun lalu, permasalahan jalan tidak ada yang menyoroti. Sebagai jalan menuju tempat wisata, inftrastruktur jalan mutlak harus memadai.

Saya iba melihat para tukang angkot 43 jurusan Cianjur-Warungkondang-Bebedahan. Penumbang yang semakin berkurang karena penggunaan motor, jalur yang sangat jauh, ditambah harus melewati jalan yang rusak berat. Pastinya pengeluaran bertambah untuk servis, bensin, dan yang paling penting waktu tempuh yang terlampau lama. Jika saja jalanan yang bagus, dari Cianjur ke Bebedahan bisa ditempuh 50 menit saja.

Jalan A-C saya kira menjadi domain pemerintah untuk memperbaiki. Dan masyarakat mengawasi dan memeliharanya. Jika sudah diperbaiki, harus dipastikan aliran air lancar melalui parit pinggiran jalan, tidak menebang pohon yang mengakibatkan longsoran tanah memenuhi jalan.

Untuk jalan menuju Gunung Manik agak sulit karena tumpang tindih dengan perusahaan perkebunan teh. Satu sisi ada beberapa kampung seperti Cimenteng, Ciperdah, dan Gunung Manik sendiri memerlukan akses jalan yang bagus agar mobilitas dan geliat ekonomi bisa mengalami peningkatan.

Kehangatan Cipanas

Ancient (Alumni bahasa Perancis) 3G
Kenapa dinamakan Cipanas? Tempat di daerah Jawa Barat (Sunda) identik dengan kata "Ci" di awal namanya. Ada Cipanas, Cianjur, Ciamis, Cisarua, Cikijing, Ciampea, Ciomas, pokoknya banyak. Ci singkatan dari cai, dalam bahasa sunda artinya air. Katanya, di Istana Presiden Cipanas terdapat mata air panas yang menjadi ikon pada zaman dulu. Oleh karena itu tempat tersebut bernama Cipanas : ada air panasnya.

Kata orang tua zaman dulu, di Cipanas itu kalo siang sejuk dan malam hari meskipun dinginnya menusuk tulang, tapi ada hawa hangat yang bisa kita rasakan. Seperti halnya di daerah pegunungan dan perbukitan dataran tinggi, Cipanas memiliki hawa yang sejuk dan udara yang bersih. Konon katanya juga, Cipanas yang berada dekat dengan gunung Gede-Pangrango memiliki banyak pohon yang menyuplai oksigen planet bumi ini. Terang saja Indonesia yang berada di garis khatulistiwa (horizon) hutan-hutannya adalah hutan hujan tropis.

Namun, pembangunan yang tidak mengindahkan dampak lingkungan telah banyak merubah Cipanas. Vila, perumahan, hotel telah memberangus hutan dan lahan-lahan hijau Cipanas. Lihat saja sekarang, siang di Cipanas benar-benar panas, malam yang dingin bisa saja kita berkeringat. Sebagai daerah tujuan wisata, ada Kebun Raya Cibodas, Taman Bunga Nusantara, Kota Bunga dll. menjelang akhir pekan dan musim liburan pasti mobil sangat penuh memadati jalanan Cipanas. Bahkan di pergantian tahun baru jangan coba-coba menuju Cipanas karena macet total. Otomatis mobil-mobil itu telah mengeluarkan polusi yang merusak lingkungan. Lambat laun polusi itu merubah iklim dan kondisi udara Cipanas.

Terlepas dari hal tersebut, saya punya cerita tersendiri tentang Cipanas. Banyak cerita. Sejak kecil saya beberapa kali ke tempat nenek di Jakarta. Dari Jakarta pastinya lewat Cipanas, karena dari Cianjur hanya ada dua jalur untuk menuju Jakarta, jika tidak lewat Sukabumi, pasti lewat Puncak-Cipanas. Hanya saja saat itu saya hanya lewat saja. Belum menapakkan kaki disitu.

Kedua, saya pernah ikut perkemahan Pramuka saat kelas 1 SMP di Bumi Perkemahan Cibodas. Meskipun kenangannya mulai memudar, tapi beberapa kejadian masih teringat dalam ingatan. Saya hampir lupa beberapa kejadian, terutama saat siang di perkemahan itu. Dinginnya malam dan rasa takut mencekam saat jurit malam masih terngiang dalam ingatan. Regu Pramuka kami bernama Panther (macan hitam), sedangkan kesatuan dalam SMP Negeri 1 Cibeber kami bernama Anthelop, sebutan untuk Kambing Gunung dan bisa disebut juga Halilintar. Pengalaman Pramuka dekat dengan alam saat itu saya rasakan di Cipanas, padahal saya kurang begitu kenal dengan daerah ini. Masih menjadi tempat yang asing bagi saya.

Ketiga, dari Cibeber untuk mencapai ke Cipanas harus naik angkot kira-kira 3 kali. Saat kelas dua SMP saya diajak Hadi, sahabat saya, untuk mengunjungi saudaranya di Cipanas. Kami tinggal di rumah saudara Hadi untuk liburan beberapa hari. Rumah saudaranya tersebut berada di belakang vila, karena memang saudaranya tersebut menjaga dan merawat vila, semacam rumah, dimana pemiliknya saya beberapa kali saja dalam setahun datang ke rumah tersebut. Pengalaman liburan tersebut tidak saya lupa sampai sekarang, kami bermain badminton, mendengarkan musik, dan makan dalam kebersamaan. Saat itulah saya mulai mengenal sedikit tentang Cipanas : daerah wisata yang sejuk, tempat orang-orang melepaskan rasa penatnya untuk bisa beristirahat dan menghirup udara yang segar.

Puncaknya saat SMK, tak terhitung berapa kali saya ke Cipanas. Penutupan Masa Orientasi Siswa diadakan di Cipanas. Saya mengikuti perkaderan Taruna Melati I di SMA Muhammmadiyah Cipanas (Sukasari). Bahkan saat menjadi Ketua IPM Cianjur, musyawarahnya diadakan di Islamic Centre Muhammadiyah (ICM) Cipanas. Sudah, sejak saat itu rapat sering bolak-balik Cianjur-Cipanas-Cianjur-Cipanas, begitu juga kegiatan sering diadakan di Cipanas, karena pengurusnya domisili di Cianjur dan Cipanas. Rumah yang pernah kami sewa untuk Sekolah Advokasi IPM Cianjur, saya pakai juga untuk reuni teman-teman SD beberapa waktu setelahnya.

Dibanding Cianjur, sebagai kota, Cipanas lebih hidup. Bahkan ketika malam. Saya masih ingat, ketika konsultasi tentang perlobaan Indosat Wireless Innovation Contest, saya diajak Pak Marwan untuk bersilaturahmi dengan kawannya di Cipanas. Dari siang saya diajak beliau berkunjung, hanya sebentar saja ngobrol tentang program yang akan diperlombakan, selebihnya saya 'terpaksa' mengikuti acara perkumpulan angkatan Muda Muhammadiyah Cianjur. Disitulah saya belajar kebersamaan dalam persyarikatan.

Kini, bisa dibilang Cipanas menjadi tempat singgah, saya kini sering tinggal beberapa hari di tempat senior, A Aris. Ternyata, untuk rumahnya saya pasti melewati rumah saudaranya Hadi. Memang dalam hidup ini selalu ada keterkaitan yang kadang kita tidak dapat memahaminya.

Bagi siapapun yang mempunyai cerita dan ikatan dengan Cipanas, marilah kita menjaga tempat ini. Jagalah keindahan dan kebersihannya untuk anak cucu kita kelak.

Ngaji Bareng Pak Dahlan Rais

Foto : muhammadiyah.or.id
Aku merasakan hal yang berbeda. Tak seperti biasanya, dalam pengajian aku tak dilanda kantuk yang luar biasa. Kantuk sedikit sih wajar saja, karena seharian bekerja dari pagi hingga petang. Dilanjutkan malam menghadiri pengajian bulanan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DKI Jakarta di Mesjid Mujahidin Kramat Raya. Meskipun berat untuk melangkah, tetapi Alhamdulillah saya berangkat juga. Selesai sholat Isya, begitu keluar dari mesjid saya langsung saja berangkat dari Matraman ke Kramat tanpa persiapan apapun. Bahkan HP pun tak saya bawa.

Pengajian malam tadi berjudul "Kepemimpinan dalam Muhammadiyah" yang disampaikan oleh Pak Dahlan Rais, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dalam dua minggu ini sudah dua kali saya mendengar ceramah beliau. Pada tanggal 14 September kemaren beliau menyampaikan seminar di RSIJ Cempaka Putih dalam acara Silaturahmi Nasional dan Lokakarya Materi Muktamar XIX IPM.

Dalam ceramahnya Pak Dahlan tidak banyak menyinggung ranah yang sudah sering kita dengar tentang pemimpin atau kepemimpinan seperti kriteria Shidiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah. Yang membuat ceramah Pak Dahlan menarik, meskipun dengan aksen suara datar yang khas dan tidak menggebu-gebu, adalah berbagai perspektif beliau tentang kepemimpinan yang berdasarkan pengalamannya. Selain itu berbagai istilah dan ilmu baru saya dapatkan dari Pak Dahlan.

Muhammadiyah memiliki tantangan yang sangat banyak, terutama dalam berdakwah. Bagaimana persyarikatan mampu mengelola pengajian dengan cara yang kreatif. Bukan hanya dalam segi kuantitas jamaah, tetapi juga kualitas pengajiannya. Sebagai penceramah, Pak Dahlan tak usah diragukan lagi, dalam segi materi beliau memahami banyak hal, dalam sisi jam terbang beliau telah kemana-mana, seluruh pelosok Indonesia bahkan mancanegara.

Begitu juga dalam hal pendidikan, Muhammadiyah harus meningkatkan kualitasnya. Apakah itu sekolah atau universitas. Kata Pak Dahlan malam tadi, dari ranking universitas yang ada di dunia, sekelas UGM saja berada di urutan 600-an, adapun UI atau ITB ada di peringkat 900-an. Perguruan tinggi Muhammadiyah yang masuk daftar ada UM Malang, UM Solo, dan UM Yogya, itupun di urutan 1.400-an. Jauh banget ya?

Untuk sekolah dasar Muhammadiyah sendiri mungkin agak bisa lebih berbangga diri. Banyak yang telah berprestasi di tinggal nasional dan internasional. Selain itu di berbagai tempat SD Muhammadiyah menjadi pilihan dan salah satu unggulan. Salah satu yang beliau sampaikan adalah SD Muhammadiyah yang berada di Pontianak, Kalimantan Timur.
---
Dalam periode kepemimpinan Muhammadiyah, kata Pak Dahlan, perlu ada peningkatan ke arah yang lebih baik, growth (pertumbuhan) dan change (perubahan). Beliau menceritakan pengalamannya dalam berdakwah dan memimpin Muhammadiyah. "Dalam satu periode setidaknya harus ada sesuatu yang menjadi kenangan (peninggalan)" kata Pak Dahlan. Ketika menjadi Pimpinan Wilayah di Jawa Tengah, beliau mencontohkan dengan pendirian Baitul Mal yang eksis hingga kini. Kemudian perjuangan beliau dengan rekan-rekan mendirikan Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), pengkolaborasian Unimus dengan Stikes Muhammadiyah Semarang yang telah dulu mapan dan lain sebagainya.

Satu hal yang paling menarik yang disampaikan beliau adalah ketika permusyawaratan dalam Muhammadiyah. Sistem pemilihan pimpinan di Muhammadiyah menggunakan sistem formatur 13 orang. Pemilihan ketua tidak berdasarkan suara terbanyak. Itulah musyawarah untuk kebaikan bersama.

Ketika dulu Musyawarah di Solo, Pak Dahlan mendapatkan suara terbanyak, tetapi melihat ada senior yang masih bersemangat, beliau mempersilahkannya untuk menjadi ketua. Meskipun sudah tentu perolehan suara yang didapat senior Pak Dahlan itu ada di bawahnya. Cerita lainnya, Muktamar Muhammadiyah dulu di Purwekerto telah menghasilkan 13 formatur terpilih. Dari 13 orang tersebut tidak ada yang mau menjadi ketua. Lalu? Kemudian mereka membujuk Buya AR. Sutan Mansyur di Padang pindah ke Jakarta atau Yogyakarta untuk menjadi ketua Muhammadiyah dan dipersilahkan memimpin persyarikatan. Subhanallah

Wallauaalam bishawab
Bisakah kita mencontoh dan menjadikannya teladan?

Obey the Rules

Ilustrasi : bikemart.com
Melanggar peraturan akan berdampak sistemik

Kita sering mengeluh atas apa yang terjadi di sekeliling kita. Apapun itu. Macet, banjir, hawa yang panas, kebodohan, keterbelakangan, kemiskinan dan lain sebagainya. Jarang sekali kita mau berintrospeksi, namun lebih banyak menyalahkan orang lain dan keadaan.

The 9 Golden Habits for Brighter Muslim

Sampul Buku
Itulah judul buku yang tengah saya baca saat ini. Buku tersebut merupakan tuntunan bagi kaum muslim untuk mengetahui amalan yang wajib dilaksanakan guna menjadi umat yang lebih cerah. Amalan harus dilakukan secara kontinu (berkelanjutan), itulah yang dinamakan kebiasaan (habit). Kebiasaan akan menunjukkan siapa kita sebenarnya. Malas atau rajin, taat ataupun tidak, patuh atau tidak tergantung dari bagaimana perjuangan kita menjadi pribadi muslim itu.

Dalam buku ini dijabarkan sembilan kebiasaan yang harus diamalkan sebagai seorang muslim. Mulai dari sholat, puasa, zakat, beradab Islami, tadarus Al-Qur'an, membaca, ikut pengajian, berjamaah dan organisasi, dan berfikir positif. Kesembilan kebiasaan tersebut dituturkan berdasarkan dalil-dalil Al-Qur'an dan hadist Rasulullah SAW.

Penuturan penulis disampaikan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami. Dalam setiap bab dijelaskan secara jelas dan sistematis. Bagi yang sedang belajar mendalami Islam wajib membaca buku ini sebagai referensi dan motivasi untuk hidup yang lebih tenang dan tenteram.

Dalam membiasakan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam kita harus berjuang dan meninggalkan kebiasaan yang kurang baik. Ada banyak sekali tantangan dan rintangan. Apalagi yang namanya kebiasaan itu dibangun bukan satu hari, satu minggu, satu bulan, atau bahkan setahun. Kebiasaan perlu dibangun dari dalam diri dan dilakukan terus menerus serta kembali kepada niat kita, semua yang kita kerjakan semata-mata hanya mengabdi kepada Allah SWT.

Buku ini ditulis oleh dr. Agus Sukaca, M.Kes. Beliau adalah alumni Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan saat ini menjadi Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Setiap alumni IPM yang menulis buku, saya harus punya bukunya. Tentunya harus saya baca dan amalkan. Semoga bermanfaat, silakan membaca dan menjadi Muslim sejati.

Angan di 2018

Bendera Rusia (worldatlas.com)
Sore ini kita tiba di gerbang bulan baru, yaitu bulan syawal tahun 1435 H. Selama Ramadhan tahun ini, blog hampir tak saya sentuh sama sekali. Terakhir kali menambah postingan ya itu tentang cara membuat foto profil dukungan terhadap capres. Adapun alasan saya mendukung salah satu capres yang rencananya akan saya publish, jadi batal karena kesibukan diri dengan berbagai aktivitas yang tiada henti-hentinya. Mulai di organisasi, pekerjaan, dan aktivitas lingkungan tempat tinggal. Selain itu, kegiatan saya beberapa bulan lalu ke berbagai daerah menyisakan banyak pekerjaan rumah. Oleh karena itu apa boleh buat saya jalani itu semua.

Aktivitas menulis saya tanggalkan, namun membaca tetap harus dijalani. Kita tahu di Ramadhan tahun 2014 ini disibukkan oleh dua kontestasi yang banyak menyita perhatian, yaitu Piala Dunia dan gelaran Pemilihan Presiden. Kedua gelaran ini telah selesai, Piala Dunia telah menghasilkan juara baru : Jerman dengan julukan Tim Panser. Tim ini memang layak menjadi juara karena sepak terjang sepanjang turnamen yang menyuguhkan permainan yang sangat baik. Semua lini mulai dari penjaga gawang hingga penyerang memiliki kualitas tinggi sebagai pemain, ditambah kekuatan tim yang sangat tangguh. Pergelaran yang diselenggarakan satu bulan penuh di Brazil ini mewarnai setengah perjalanan Ramadhan kita. Nuansa sahur yang beberapa tahun lalu ditemani acara-acara hiburan diganti dengan tontonan sepakbola yang paling ditunggu-tunggu. Sepakbola adalah olahraga yang paling digemari publik di tanah air, apalagi turnamen paling tinggi presitisiusnya, yaitu piala dunia telah mengalihkan perhatian orang-orang.

Ada pelajaran dari piala dunia kali ini. Tim-tim besar banyak yang tumbang di awal, seperti Spayol sebagai juara bertahan dan juara eropa, Portugal yang juga harus pulang lebih awal karena tidak lolos dari fase grup, meskipun tim Selecao Eropa ini diperkuat pemain terbaik dunia. Dibalik itu, Piala Dunia kali ini menguatkan tekad saya untuk bisa menyaksikan secara langsung pada 2018 di Rusia. Semoga doa di Ramadhan ini bisa terkabulkan


Cara Crop Foto Profil Dukung Pilpres IndONEsia


Assalamualaikum, semoga kedamaian dililimpahkan kepadamu, dan kepada kita semua.

Puji syukur karena kita masih bisa menginjak kaki di bumi pertiwi tercinta, merasakan kasih sayang semesta, dan melihat lukisan serta segala Ciptaan Tuhan yang tiada tara. Apalagi yang kita rasakan selain bersyukur saat ini, di tahun politik yang penuh intrik, akhirnya kita telah melewati salah satu prosesnya, yaitu pemilihan para wakil rakyat. Dengan segala pro dan kontra, itulah hasilnya. Silahkan lihat ke kantor DPR ataupun DPRD untuk melihat para wakil Anda, yang katanya akan memperjuangkan hak-hak rakyat.

Kini kita menghadapi pemilihan Presiden. Marilah kita anggap ini sebagai suatu kemajuan bangsa kita, sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Inilah pemilihan presiden langsung untuk ketiga kalinya setelah massa reformasi. Kita akan memilih Presiden baru, karena tentunya Presiden SBY sudah tidak bisa lagi mencalonkan diri :)

Dalam pemilu tentu ada kampanye. Ada yang konvensional seperti stiker dan spanduk, ada juga kampanye melalui berbagai iklan lainnya seperti di televisi maupun radio. Selain itu, ada juga kampanye di media sosial, bukan hanya iklan atau kampanye visi dan misi Capres - Cawapres. Kini publik (baca: masyarakat) diajak untuk menunjukkan dukungannya melalui foto profilnya di media sosial.

Berikut saya akan menunjukkan cara sederhana membuat foto profil dukungan Anda :
Download gambar garuda dengan tulisan "PILIH SATU KARENA SAYA CINTA INDONESIA" berikut, dengan cara klik gambarnya, kemudian klik kanan, simpan sebagai (save as)

Siapkan foto profil Anda, klik kanan, klik Open With, klik Microsoft Office Picture Manager

Setelah muncul program Microsoft Office Picture Manager, klik Edit Pictures, kemudian klik Crop (sesuaikan dengan menggeser pinggir foto, untuk memotong sesuai ukuran yang akan kita pakai)

Klik save
Buka Ms. Paint (Start, All Programs, Accessories, Paint)

Klik Paste, Paste from (insert foto profil yang telah Anda crop, kemudian insert gambar garuda, dan sesuaikan)
Setelah selesai, klik save as Jpeg
Selesai. Selamat mencoba

Kursus Bahasa Inggris di Pare

Peta Kampung Inggris @globalepare
Bahasa adalah salah satu bentuk instrumen komunikasi. Dengan bahasa, orang-orang menyampaikan ide, gagasan, melakukan ajakan, gugatan, memberi informasi, pengetahuan, dan lain-lain. Bahasa memiliki beragam bentuk dan cara. Ada bahasa verbal, ada juga isyarat atau bahasa tubuh.

Backpacker to Bali


Plaza Garuda - GWK (Instagram : @rizki_pd)
Perjalanan melalui darat saya lanjutkan. Sebelumnya 14 jam di dalam kereta dari Jakarta ke Surabaya. Lima hari kemudian saya bertolak ke Bali, kali ini memakai tiga moda transportasi yang berbeda. Pertama naik kereta dari Surabaya ke Bayuwangi, kedua menyeberang pelabuhan, dari Ketapang ke Gilimanuk menaiki kapal feri, ketiga naik bis dari Gilimanuk ke Denpasar.

Surabaya di Hati





Monumen Surabaya
Pengalaman yang tak akan terlupakan, mengunjungi beberapa tempat dalam satu kali perjalanan. Berawal dari Jakarta ke daerah sebelah utara Surabaya, yaitu Gresik. Disini saya mengikuti satu pertemuan IPM se-Indonesia, sebagai perwakilan Wilayah DKI. Empat hari di Gresik, kemudian seharian di Surabaya. Di kota Pahlawan ini saya mengunjungi sanak family, yang sudah lama tak jumpa.

Pemimpin Harus Amanah, Selaras Kata dan Tindakan

Ki-ka : Zulfa, Agil, Kak Deni, Alfian, dan Deri
Kramat - Ikatan Pelajar Muhammadiyah adalah salah satu organisasi yang bergerak di dunia pelajar. Ciri-ciri sebuah organisasi yang baik pastinya memiliki tujuan yang harus diwujudkan bersama-sama. Selain itu organisasi harus digerakkan oleh dua orang atau lebih. Nah, IPM tidak usah diragukan lagi sebagai organisasi yang baik, bahkan sangat baik, karena prestasinya yang telah diakusi secara nasional dan internasional.

Kita Masih Dijajah

Ilustrasi : urbanclinique.wordpress.com
Mungkin benar apa yang dikatakan Bung Karno, sulitnya perjuangannya kala merebut kemerdekaan dari penjajah bisa dibilang belum apa-apa. Perjuangan kita kini dalam mengisi kemerdekaan lebih sulit dari itu karena yang akan kita lawan adalah bangsa sendiri. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa kasus korupsi yang menjerat para pejabat adalah penjajahan yang sangat menyakitkan bagi bangsa. Ketika kepentingan pribadi dan kelompok mendominasi, hajat hidup orang banyak menjadi terabaikan.

Cintai Negeri Ini

Ilustrasi : http://instagram.com/rizki_pd
Garuda Pancasila
Akulah pendukungmu
Patriot proklamasi
Sedia berkorban untukmu

Catatan Seorang Fasilitator

Foto : @agilboges
Seminggu yang lalu tepat dimulainya Pelatihan Kader Taruna Melati II IPM DKI Jakarta tahun 2014. Dalam periode kedua saya di Pimpinan Wilayah IPM DKI Jakarta, inilah perkaderan formal yang pertama kami selenggarakan. Sementara itu, dalam periode pertama saya di IPM DKI, kami lebih banyak menyelenggarakan perkaderan informal seperti Upgrading dan acara kemah pelajar (Green Camp). Tidak ada kata yang patut saya ucapkan kecuali rasa syukur kehadirat Allah SWT. Karena atas pertolongannya PKTM 2 kemarin berjalan dengan sukses, baik, dan lancar. 

Ketika Kekuasaan Diperebutkan

Ilustrasi : #CapresJadul (twitter)
Tahun 2014 ini dibilang tahun politik karena pada tahun ini akan diselenggarakan Pemilihan Umum, baik itu memilih wakil rakyat (baca : DPR) atau yang kita sebut dengan anggota legislatif, dan tentunya pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (eksekutif). Turunannya setelah pemilihan orang nomor 1 di Indonesia ini akan dibagi-bagilah “kue” kekuasaan pada tataran pejabat lainnya seperti halnya menteri dan jabatan lain. Jabatan atau kekuasaan tersebut didapatkan bisa karena kemampuan (skill) kepemimpinan, manajerial, dan keilmuan ataupun didapatkan karena perjanjian politis.

Politisasi Pendidikan

Ilustrasi Siswa KJP
Boleh saya bilang bahwa pelajar kini berbeda dengan pelajar tahun 1940-an. Pelajar saat itu ikut terlibat dalam usaha merebut kemerdekaan. Pelajar saat itu adalah mereka yang belajar di berbagai institusi kolonial baik di Nusantara maupun di mancanegara. Maka tak aneh jika orang-orang yang bersekolah pada saat itu disebut orang terpelajar, mereka adalah orang-orang yang memiliki kontribusi positif bagi perjalanan bangsa.