Buku Masih Laku

festivalindonesia.wordpress.com
"Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)". (QS : Al-Kahf [18] : 109)

Hari ini, Minggu (10/3/2013) hari terakhir penyelenggaraan Islamic Book Fair (IBF) di tahun yang ke-12. IBF ini adalah pameran buku yang berkonsep Islami berskala nasional. Istora Senayan, Jakarta menjadi tempat berkumpulnya penjual, pembeli, maupun pengunjung saja (seperti saya). Sebulan sebelumnya saya sempat melihat spanduk bertajuk sama tapi skalanya lebih kecil, tepatnya di Bogor, Jawa Barat.

Tahun 2013 ini merupakan tahun kedua saya 'sekedar mampir' ke IBF, terakhir dua tahun yang lalu saya ke acara yang sama. Tahun ini saya ke IBF dua kali di dua hari yang berbeda. Alhamdulillah kunjungan yang berkesan.

Niatan saya pertama ke IBF 2013 dengan tujuan yang jelas, seperti saya sampaikan dalam tweet @rizki_pd  "Islamic Book Fair, Alhamdulillah Tercapai". IKAPI (Ikatan Penerbit Indonesia) DKI Jakarta menjadi penyelenggara IBF 1-10 Maret 2013 yang bertema "Menuju Umat Berkarakter Qur'ani". Rasanya tema tersebut cukup tepat karena memang yang tersaji di lapangan, stand-stand penerbit buku Islami dan Qur'an paling dominan di IBF 2013. Begitu juga dengan tujuan saya ke IBF ini.

Dilema Al-Qur'an

Secara teks, Kitab Suci agama Islam, Al-Qur'an pasti ada di setiap rumah umatnya. Bisa juga di penyelenggaraan IBF 2013 sebagaimana temanya, Al-Qur'an laris dalam penjualannya, seperti laporan harian Republika.

Sebelumnya, saya mohon maaf atas sub-judul diatas, namun ini menjadi perhatian kita semua. Al-Qur'an belumlah membumi di dunia ini, khususnya di Indonesia. Umat Berkarakter Qur'ani belumlah ada indikatornya, misalnya, apakah hafal Qur'an? apakah hanya memiliki Qur'an? Bertutur, Berlaku sebagaimana Qur'an?

Memang dalam mewujudkan umat berkarakter Qur'ani adalah proses yang panjang. Saya harap hal tersebut tidaklah mustahil. Dengan kondisi umat Islam secara global, maupun keadaan bangsa sekarang ini, karakter Qur'ani merupakan jalan mulia. Mengapa? Kita tentu tahu bahwa Al-Qur'an adalah kitab suci yang terjaga keasliannya, meskipun tersiar kabar ada pihak yang tak bertanggung jawab mencoba 'mengorek' mukjizat yang diturunkan kepada Rasulullah SAW ini. Tapi Allah selalu memperlihatkan petunjuk-Nya.

Kita pula tahu bahwa Al-Qur'an merupakan penyempurnaan dari kitab-kitab sebelumnya. Subhanallah. Cobalah kita semua mendalaminya. Membaca Qur'an adalah keutamaan, mari jadikan sarapan kita setiap pagi. Apalagi memahami kandungan ayat-ayatNya, hingga mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin inilah tujuan dari umat berkarakter Qur'ani tersebut.

Saya sendiri masih dalam fase membaca, ketika mengetahui makna (arti) dalam bahasa kita (Indonesia). Sungguh isi Al-Qur'an sangat-sangat tingkat tinggi. Contoh, ketika malam Jum'at lalu saya membaca Surat Al-Kahf (18), kemudian selepas subuh saya membaca arti dari surat yang memuat 110 ayat ini. Luar biasa. Silahkan baca sendiri...

Dekat dengan Al-Qur'an memberikan ketenangan. Semoga segera berakhir kekhawatiran yang ada di pikiran saya : alam murka, umat yang terpecah, kekacauan dimana-mana, masyarakat yang egois, jauh dari tuntunan agama, dan segala hal yang bersifat negatif adalah dilema umat di negeri yang mayoritas Islam se dunia ini.

Primadona

Setahu saya, acara pameran buku di Ibu Kota ada tiga : Indonesia Book Fair, Jakarta Book Fair, dan Islamic Book Fair ini. Saya sudah pernah berkunjung ke ketiga acara itu.

Khusus untuk IBF 2013, saya sangat mengapresiasi penyelenggaraannya. Karena bernuansa Islami, bukan hanya acara yang disajikan di panggung utama sangat beragam dan menarik, sebagai pengunjung saya menyorot fasilitas Pendukung yang perlu ditingkatkan.

Stand Republika IBF tahun kemarin (Prayogi)
Saya lihat, banyak pengunjung IBF 2013 yang haus akan ilmu, mencari dan membeli buku di acara ini. Meskipun zaman sudah serba digital, buku tetaplah menjadi sumber mata air yang mampu melepas dahaga.

Terlepas dari berbagai kekurangannya, semoga itikad baik penyelenggaraan IBF bisa mencerdaskan generasi penerus bangsa agar bisa lebih membuka mata, lebih cerdas, mampu mengejar ketertinggalan dari umat lain. Terutama umat berkarakter Qur'ani dapat terwujud. Barakallah

Wallahualam

Lincoln

imdb.com
Kamu bisa membohongi semua orang beberapa saat dan beberapa orang setiap saat, tetapi kamu tidak bisa membohongi semua orang setiap saat. ~Abraham Lincoln

Entah kenapa beberapa waktu belakangan ini saya tertarik akan hal-hal yang berhubungan dengan Negeri Paman Sam (Amerika Serikat). Mungkin karena terbawa arus globalisasi ya. Tapi disini saya jelaskan bahwa belajar boleh tentang apa saja asalkan positif dan memberikan kita pengetahuan baru yang berseraka di luar sana. Bisa jadi benar : dengan belajar (membaca) kita telah jalan-jalan gratis.

Sebagaimana judul di atas, Ia adalah sejarah. Terhitung pada tahun 2012 kemarin, dua film dirilis degan dua genre yang menceritakan tetang Abraham Lincoln, Presiden AS ke-16. Yang pertama adalah film fiksi Abraham Lincoln Vampire Hunter, film kedua Lincoln itu sendiri yang menceritakan perjuangannya ketika menjabat sebagai kepala negara negeri adidaya tersebut.

Ketika mengunjungi bapak di rumahnya, saya dipinjamkan buku sejarah Amerika Serikat. Bukunya sudah tua, berdebu, dan kertas isinya pun telah kuning.Yang menarik adalah sampulnya yang berwarna biru tersebut terpampang foto semi lukisan Abraham Lincon yang menghadap ke kiri. Pertanyaannya, seberapa besar sih nama Abraham Lincoln itu di mata para rakyat Amerika? Jika itu buku sejarah, mengapa tidak terpampang presiden mereka yang pertama, George Washington? Atau yang lainnya.

Oleh karena itu, saya cenderung lebih memilih untuk menonton film Lincoln versi kedua. Selain bisa belajar tentang sejarah, saya pun belajar tentang kepemimpinan, sistem, politik yang sehat-bersih, komunikasi, dan masih banyak lagi.

Menurut bapak wiki, Abraham Lincoln lahir di Hardin Country, Kentucky pada 12 Februari 1809. Dalam film Lincoln yang berdurasi sekitar 2 jam 23 menit itu, ceritanya langsung ketika Ia sudah menjabat sebagai presiden pada tahun 1861-1865. Lincoln dihadapkan dengan keadaan perang saudara yang masalahnya muncul karena perbudakan bagi bangsa Negro (kulit berwarna).

Di Amerika dulu, perbudakan orang-orang berkulit hitam oleh kulit putih, diskriminasi, berbedaan hak itu adalah hal biasa. Disinilah perjuangan Lincoln, dalam masa-masa perang, meskipun situasi tengah kacau, Ia diharuskan mencari dan membuat jalan keluar. Caranya, yang kita kenal saat ini adalah dengan kesetaraan, emansipasi, anti-diskriminasi bagi orang Negro. Jalan tersebut adalah dengan mengaturnya dalam konstitusi (Undang-undang) yang diamandemen, yaitu amandemen ke-13 Undang-undang, yang berbunyi tentang perbudakan.

Tak sedikit yang menentang. Itulah perjuangan. Lincoln sangat dicintai rakyatnya. Ia memiliki prinsip bahwa pemerintahannya adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (from people, by people, for people). Setiap orang memiliki hak yang sama terutama tentang kebebasan, hidup ini bukan hanya untuk orang kulit putih saja melainkan untuk orang Negro juga.

Anggota dewan saat itu ada yang berpendapat, mungkin ketakutan bahwa orang-orang Negro itu akan menguasai Amerika. Namun sebenarnya pendapat itu tak beralasan. Ada juga yang bilang Amerika belum siap untuk ber-emansipasi. Tapi apakah akan menunggu berapa lama lagi? Setelah banyaknya korban jiwa sekitar 600ribu itu tidak cukup? Banyak intrik terjadi.

Untuk menyakinkan para anggota dewan, tim Lincoln melemparkan pernyataan sudah saatnya negara itu menjamin setiap hak-hak yang sama di mata hukum. Dalam proses pemungutan suara anggota dewan untuk amandemen yang berlangsung pada 31 Januari 1965 melalui kongres. Meskipun melalui jalan terjal dan berliku, akhirnya mayoritas suara menyetujui untuk amandemen. Disitu saya melihat tentang pelajaran bernegosiasi dan berpolitik yang bersih untuk kepentingan rakyat banyak bukan untuk pentingan pribadi ataupun golongan.

Nasib presiden harus berakhir oleh tembakan,  Lincol wafat pada 15 April 1965. Kata-kata terakhirnya : saya harus pergi meskipun masih menginginkan untuk disini. Ia adalah salah satu orang cerdas dan santun bagi masanya waktu itu. Meskipun telah tiada, ia masih hidup dalam sejarah bangsa Amerika.