 |
Nelson Mandela : notredamephoto.blogspot.com |
Oleh :
Patrialis Akbar (Mantan Menkumham RI)
Selepas Magribh, bel pertanda masuk bagi para penghuni lapas untuk masuk kembali kedalam sel yang sumpek berbunyi. Spontan terlontar pertanyaan saya : lho, terus bagaimana mereka sholat isya atau bahkan sholat magribh? Di dalam sel?
Waktu mulai berselimut kegelapan. Para penghuni tahanan segera mengambil posisi yang baik untuk tidur : miring, saling berhimpitan dan berjejalan. Tidurpun kemudian menjadi siksaan karena menimbulkan kepenatan dan tidak memiliki kualitas. Kebijakan memang telah dibuat untuk membangun gedung penjara baru. Tapi itu memerlukan waktu lama. Sementara gedung belum lagi terbangun, harus berapa lama para tahanan dan napi itu tidur berdesak-desakan seperti itu? Seorang gelandangan yang tidur tanpa atap dan rumah rasanya lebih mungkin untuk bermimpi indah dibandingkan mereka. Dalam suasana seperti itu, saya melihat jelas dan tegas adanya keluhan yang kompleks di wajah mereka. Jenuh, khawatir, was-was, takut, tak ada kepastian, bahkan putus asa.
Ketika hati sedang gundah, sumpek, hari-hari ke depan terasa kelam, kegelisahan selalu menyelimuti maka adalah obat mujarab? Mendekatkan diri kepada sang
Khalik adalah jawabannya. Berserah diri kepda Sang Pencipta akan melahirkan kedamaian dan pertolongan. Syahdan, ketika Nabi Ibrahim terancam terbakar hidup-hidup, ketika Nabi Muhammad diancam akan dibunuh oleh para musuhnya dan tiada kekuatan yang dapat menolong, mereka pasrah berserah diri dan mengadu kepada Allah sebagai satu-satunya terpat berlindung;
Hasbunallahu wa ni'mal wakiil. Sehingga selamatlah para kekasih tuhan itu.
Alaa bidzikrillahi tathmainnul quluub
"Ingatlah dengan menyebut-nyebut nama Allah akan menenangkan hati"
(Q.S. 13 : 28)
Wa kafaa bi robbika haadiyaw wa nashiiroo
"Dan cukuplah Tuhanmu menjadi pemberi petunjuk dan penolong"
(Q.S. 25 : 31)
Saya yakin semua orang mengetahui hal itu. Tetapi tidaklah mudah menyerahkan segala persoalan yang kita miliki kepada Tuhan. Dalam kesenangan kita mabuk kemenangan. Dalam keputusasaan dan kegelisahan, kadang nama dan kata Tuhan tak lagi bermakna. Yang ada justru kalimat tanya : Tuhan, dimana diri-Mu? Yang ada justru tantangan kepada-Nya. Demikianlah manusia. Selalu menjadi sosok makhluk yang tak pernah bersyukur. Selain faktor keimanan, itu juga merupakan watak alami manusia.
Innal-insaana khuliqa halu'a. Idzaa massahusy-syarru jazuu'a. Idzaa massahusy-syarru jazuu'a. Wa Idzaa massahul-khairu manuu'aa.
"Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir. Apabila ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila mendapat kebaikan ia amat kikir"
(Q.S 70 : 19-21)
Kita hanya mengingat Tuhan pada saat benar-benar dalam keadaan bahaya dan tak ada lagi satu orang pun yang diharapkan mampu menolong kita. Karena itu kadang-kadang mengingat Tuhan pada awalnya perlu pemaksaan sebagai mekanisme pelatihan agar menjadi terbiasa dan pada akhirnya menjadi sebuah kebutuhan. Seorang anak tidak akan mengenal Tuhan dengan baik apabila orang tuanya tidak memberikan pelajaran dan memaksa melakukan peribadatan sejak dini.
Demikian pula kehidupan dalam penjara. Hidup dalam penjara hakekatnya dalah sebuah teguran dari Tuhan agar kita bertobat, kembali ke jalan yang benar. Penjara adalah sebuah teguran dari Tuhan agar segera kembali mengingat-Nya. Dengan demikian, seharusnya orang-orang dalam penjara adalah makhluk Tuhan yang paling bahagia karena diingatkan oleh Tuhan. Hanya saja, seperti halnya orang yang tengah berlimpah kesenangan, orang yang berlimpah kesusahanpun kerap lupa akan Tuhannya. Padahal, dibanding dengan orang-orang luar, narapidana memiliki kesempatan lebih banyak untuk mendekatkan diri pada-Nya secara lebih intens. Namun sebagian diantara mereka tidak sadar akan hikmah di balik ini. Bahkan cenderung melihat sisi negatif daripada positif.
Melihat suasana itu, maka saya mengeluarkan beberapa kebijakan yang "memaksa" para napi untuk sadar bahwa sesungguhnya mereka adalah makhluk Tuhan yang paling dicintai karena memiliki kesempatan banyak untuk mendekatkan diri pada-Nya.
Kebijakan
pertama adalah memanfaatkan sebagian waktu mereka untuk belajar mengaji
khatam Al-Quran. Ini dimaksudkan agar keimanan mereka meningkat, yang akan menjadi bakal membentengi segala goda untuk berbuat kejahatan. Demikian juga bagi mereka yang non-muslim untuk mengkaji kitab suci masing-masing.
Kebijakan
kedua adalah soal jam masuk penghuni ke dalam sel. Jika sebelumnya mereka masuk pada jam 6 atau setelah
magribh, maka sekarang waktu masuk mereka diperpanjang setelah waktu
isya. Ini dimaksudkan agar para penghuni tahanan atau napi tersebut memiliki kesempatan melakukan sholat
magribh dan
isya berjamaah dulu di Masjid. Dalam suasana yang sangat padat, sempit dan ramai, sangat kecil kemungkinan nabi bisa melaksanakan sholat secara
khusyu di dalam sel.
Kebijakan
ketiga adalah memberlakukan
shift tidur untuk rutan atau lapas yang
over kapasitas. Penghuni tahanan atau napi dibagi dalam dua kelompok. Sementara kelompok pertama mendapatkan kesempatan tidur lebih awal, kelompok kedua melakukan sholat dan
dzikir di masjid hingga malam. Tengah malam, kelompok pertama bangun untuk sholat malam atau
tahajjud dan ber-
dzikir hingga shubuh tiba sementara kelompok kedua tidur. Pembagian waktu yang demikian selain mejadikan tidur penghuni lapas/rutan jauh lebih baik, juga menjadikan mereka lebih dekat kepada Tuhan.
Dzikir dan
Tahajjud ini dimaksudkan sebagai upaya peningkatan keimanan dan moralitas. Karena itu, selain para penghuni napi atau tahanan, para penjaga lapas juga diwajibkan untuk mengikutinya.
"Wa minal-laili fa tahajjad bihi nafilatal laka 'asaa ay yab'atsaka rabbuka maqaamam mahmuuda"
"Dan pada bagian di malam hari, bertahajudlah kamu kepada Allah agar engkau mendapatkan tempat yang terbaik di sisi Allah".
(Q.S. 17 : 79)
Begitu besarnya keutamaan
tahajjud dan ber-
dzikir tengah malam sehingga Nabi Muhammad SAW tidak pernah sekalipun melewati malam tanpa melakukannya. Bahkan pada awalnya
tahajjud ini wajib sebelum turun
Al-Quran Surat
Al-Muazzammil ayat 20. Walau tidak wajib, tetap saja Nabi melakukannya hingga akhir hayat. Ini karena Nabi tahu bahwa pada saat sepi di tengah malam itu, Rahmat Allah SWT turuh begitu banyaknya. Dalam sebuah
Hadits Qudsi disebutkan bahwa:
"Allah SWT turuh ke langit pertama sampir menyerukan, 'Hamba-Ku yang sedang ruku dan sujud melaksanakan sholat tahajjud, permintaanmu akan Aku beri, doamu akan Aku kabulkan, dosamu akan Aku ampuni."
Tidaklah
tahajjud tiap malam akan membuat orang kurang tidur dan mengganggu kesehatan? Asumsi itu jelas salah. Nabi Muhammad SAW adalah sosok manusia yang selalu sehat dan bugar. Ini karena
tahajjud selain membawa manfaat secara ruhani dan psikis, ia juga memberikan manfaat kesehatan fisik.
Tahajjud tak ubahnya rutinitas latihan fisik atau olah raga menjelang shubuh. Dalam salah satu
hadits Nabi yang diriwayatkan Tabrani menjelaskan bahwa sholat
tahajjud itu kebiasaan yang dilakukan oleh para orang-orang saleh di jaman dulu yang dapat menyembuhkan baik fisik maupun psikis.
Untuk semakin mempertebal keimanan dan moralitas, Kementerian Hukum dan HAM menandatangani nota kesepakatan kerjasama atau MoU dengan ESQ
leadership untuk memberikan pelatihan, bimbingan dan motivasi keagamaan secara gratis kepada para sipir serta ribuan tahanan dan warga binaan di lembaga-lembaga pemasyarakatan di Indonesia.
Dzikir dan pendekatan spiritual ini dilakukan agar tak sada lagi kasus narapidana bunuh diri karena putus asa seperti SG, gar para napi benar-benar menjadi para kekasih Tuhan. Agar tak ada lagi napi tewas karena tali kolor. Sehingga ketika keluar nanti, tidak ada keputusasaan, kecuali ada yang terus membumbung tinggi. Sehingga ketika keluar nanti, moralitas dan mental mereka benar-benar telah berubah total. Tidak ada lagi penjahat, yang ada adalah mantan penjahat. Tentu saja, lebih baik menjadi mantan penjahat daripada manta
ustadz atau pendeta.
Tidak ada orang yang sempurna, tidak ada orang yang suci dari dosa. Tetapi kesempurnaan dan kesucian dapat diraih melalui mekanisme penghisaban diri dan bertobatan
nasuha kepada Tuhan. Kata Nabi,
"Sesungguhnya setiap anak Adam bersalah, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah yang bertobat". Dosa muasal adalah ketika Adam dan Hawa melanggar perintah Tuhan untuk tidak memakan buah
khuldi. Tetapi Adam dan Hawa juga mengajarkan pada kita bagaimana caranya bertobat:
Qaalaa rabbana dzalamna anfusanaa wail lam taghfir lana wa tarhamnaa la nakunanna minal khaasiriin
"Keduanya (Adam dan Hawa) berseru: Wahai Tuhan kami, kami telah berbuat dzalum terhadap diri kami dan jika Engkau tidak mengampuni dan mengasihi kami maka niscaya kami akan masuk dalam kelompok orang-orang yang merugi"
(Q.S. 7 : 23)
Karena itu, kepada para warga binaan atau napi, saya mengingatkan untuk dapat memanfaatkan waktu dalam penjara sebagai peluang untuk mendekatkan diri kepada Allah. Penjara mungkin pengalaman pahit dan sesuatu yang merugikan dalam hidup. Tetapi orang cerdas adalah orang yang dapat memanfaatkan sisi negatif menjadi keuntungan positif. Orang-orang cerdas mampu melahirkan karya-karya besar ketika tekanan besar datang dalam hidupnya.
Wa 'asaa an takrohuu syaian wahwa khoirul lakum
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padalah ia amat baik bagimu"
(Q.S. 2 : 216)
Bersabarlah, karena sesungguhnya Allah SWT bersama orang-orang yang sabar. Bersama kesulitan biasanya akan mengiringi kemudahan dan kemuliaan. Tuhan menegaskan hal tersebut dua kali secara beruntun pada ayat-ayat-Nya dalam satu surah:
Fa inna ma'al 'usri yusron. Inna ma'al 'usri yusron.
"Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan
(Q.S. 96 : 5-6)
Manfaatkan waktu dalam penjara untuk
beruzlah (pengasingan diri) dari segala macam hiruk pikuknya kehidupan dunia untuk "berkencan" semata dengan Tuhan, beribadah secara penuh dan total, bertaubat dengan sebenar-benarnya. Jika dipenjara saja susah, apalagi diluar yang penuh dengan kesibukan. Manfaatkanlah lima hal sebelum datangnya lima hal yang lain, kata Nabi. Satu diantaranya adalah; waktu luangmu sebelum datangnya waktu sibukmu.
Taubat dan pasrahlah pada Allah seperti pasrahnya orang yang tengah terombang-ambing di tengah gulungan badai ombak menunggu ajal. Tidak ada lagi harpan kecuali pertolongan dan kuasa Allah semata.
Dan ketika
beruzlah, indah sekali rasanya melantunkan syair pengakuan dosa, kepasrahan pada Ilahi sekaligus permohonan ampun pada-Nya. Sebuah syair pertobatan yang ditulis oleh Sahabat Ali Karromallahu Wajhah :
Ilahii lastu lil firdausi ahlaa Walaa aqwa 'alan naaril jahiimii Faba li taubatau waghfir dzunuubii Fa innaka ghoofiru dzanbil 'adziimii
"Tuhanku, aku bukanlah ahli surga. Tetapi aku tidak tahan akan panasnya api neraka. Maka terimalah taubatku dan ampunilah dosaku. Karenga sesungguhnya Engkau maha pemberi ampun atas segala dosa-dosa besar".
Dari Buku
Kekuasaan untuk kemanusiaanEditor : Kolier Haryanto & Tubagus Erif Faturahman