FOR IPM

Untuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Satukan Langkah meneguhkan arah
Pantang menyerah untuk senantiasa menjalankan amanah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Ikatan Pelajar Muhammadiyah
Menjadi Busur Panah Dakwah Muhammadiyah

Mencerahkan Peradaban
Selalu menjadi Teladan
Kader IPM Sekalian
Kader IPM Sekalian
Amal Usaha Diberlangsungkan dan DiSempurnakan

Ukhuwah Islamiyah Dijalin
Membantu sesama, bermanfaat bagi orang lain
Islam Rahmatan lil'alamiin
Islam Rahmatan lil'alamiin
Ikatan Pelajar Muhammadiyah yakin
Ikatan Pelajar Muhammadiyah yakin
Persyarikatan, Umat dan Bangsa Semakin Dicintai Lahir Batin

Rabu, 28-04-10


Badan terasa sakit sekali, ketika baru saja bangun. Semalam tidur di karpet kantor angker, menikmati tontonan juga semifinal Champion League Lion Vs Bayern. Hasil yang fantastis tuan rumah kalah 0-3 oleh Bayern

Pasca itu, tahu gak?
Hampir satu hari itu kita berdua membaca setengah harian di perpustakaan gedung pusat dakwah Muhammadiyah untuk menambah informasi. Berselang dengan membuat surat lamaran kerja deh untuk teman. Sempat keteteranjuga, tidak ada printer, dengan kesabaran, akhirnya bisa juga.

Alhamdulillah. Berbekal keingintahuan kami mencoba mencari tempat yang membuka lowongan kerja dengan suka cita. Meskipun tidak begitu jauh dengan tempat kami tinggal sementara ini, di ibu kota tercinta, agak susah juga banyaknya, bangunan dan pertokoan Cikini itu.

Setelah memastikan tempat itu, satu persatu permasalahan muncul. Nah, rasa pesimisme dihantam oleh kekurangan yang dia miliki. Masih beruntung ketika tidak memenuhi sarat untuk bekerja disitu, karena alasan fisik. Kami diberitahu informasi oleh penjaga karcis parkir, yang satu suku dengan kami bahwa di lantai gedung ke-1 ada juga yang membuka lowongan. Asa sya kembali tumbuh pasca di lantai 2 tadi dia tidak diterima.

Sayangnya ketika ngobrol dengan penjaga karcis parkir tadi saudaraku itu tidak mendengar karena sedang menelepon seseorang yang katanya menawarkan pekerjaan juga. Melaculah motor ditengah ramai dan macetnya ibu kota.

Kami tiba di Pusat Studi Agama dan Peradaban. Mengambil buku yang diberikan kakak-kakak yang berada disana untuk koleksi Ikatan (PW IPM DKI). Buku-buku yang mereka terbitkan dan diberikan kepada kami berbobot sekali dengan perkembangan zaman juga sejalan, seperti tentang korupsi dan perdamaian. Penulisnya pun tidak tanggung-tanggung Ayahanda Prof. Syafii Maarif, ada juga direktur penerbitnya Mas Pramono, ada juga Wakil Ketua MPR RI Mas Hajriyanto Y. Tohari. Buku-buku mereka akan aku baca-Pasti.

Tanpa disengaja ditengah obrolan dengan kakak-kakak di PSAP ada yang menyinggung tentang acara pertandingan bola hari ini : Persitara Vs Persib, wah klub daerahku. Pastinya akan aku dukung. Sampai mati (eh, tidak lah). Hahahaha
Sepakatlah kami setelah berfikir panjang untuk menonton pertandingan itu. LIVE di stadion dekat tempat PSAP ini. Kacaw, persediaan dana menipis. Tapi karena ini pertama kalinya, maka, Lanjutkan! Mantap. Tidak sia-sia. Meskipun kalah oleh tuan rumah, lah namanya juga pertandingan. Menang atau kalah yang penting menjunjung perdamaian. Pisss.

Dalam pertandingan itu diwarnai kartu merah kepada Om Budi Sudarsono. Kejadiannya saya tidak melihat secara jelas, katanya, nih demi katanya beliau menonjok lawannya karena saking kesal dihalau dengan kasar. Ah. Suporternya asik-asik. Salut, salut,salut untuk NJ Mania (Benarkan North Jakarta Mania?) takut salah. Bersemangat sekali sampai-sampai membawa “si Pitung” apa lagi “Mbah Priuk” ke stadion. Hahahah

Pesan untuk kawan-kawan Viking jangan deh tendang-tendang pembatas dari seng dibelakang itu, Rusak lho. Kita kan saudara. Muhun kang? Dukung jangan tanggung-tanggung. Pokoknya serulah, hebring Euy!!!
Tak tak tak tik tik tik
Tuk tuk tuk tok tok tok
Tak tik tuk tek tok

Apa ya, satu lagi nih pertandingan kedua Jarum Indonesia Super League yang kami tonton. Tebak. Tebak. Tebak. Persija brow, lawan PSM. Ribuan Jack Mania memadati Senayan, dijalan taman sekitar Senayan, Stadion Bung Karno tumplek belek, berwarna oranye, percaya tidak, saat menonton di baris tengah tribun barat itu (kalau tidak salah yang kursi kayunya berwarna biru itu) aku tidur lho, sepakat. Hasil 2-0 itu saya tidak menonton penuh, 10 menit sebelum pertandignan usai tertutup oleh orang-orang oranye. Tiit. Tiit. Tiit. Lakson motorku yang sudah sekarat karena accu sudah habis itu berbunyi berat. Mengesankan. Seperti paparazi katanya, motor di tengah kerumunan orang yang berjoged gembira merayakan kemenangan. Bahkan ada yang cewe yang membantu memperlancar lajunya motor kami menyingkirkan masa dari tengah jalan. Muantap brow.

Ada yang lupa, saat pertandingan itu berlangsung itu, ada bedah buku Prof. Amin Rais di Menteng. Lah, sayang ya, tapi sudahlah mungkin next time, maybe.

Menyempatkan ke Gunung Agung malam ini, ah ternyata sudah tutup-lanjut, yang satunya lagi saat pukul Setengah delapan sehabis Isya itu masih buka-akhirnya. Katanya sih sampai jam 9 malam. Keren-keren, buku-bukunya. Majalah-majalahnya. Lift-nya juga. Hehe sempat bingung muternya. Ada juga buku segede bantal. Subhanallah judulnya : Sadur. Berat banget. Banget. Banget.

Saudara Dari teman perempuanku meninggal malam ini disela-sela sedang melihat buku. Saya terhenyak membaca pesan singkatnya. Sampai tidur aku berdoa semoga semua amal baik kita diterima, seluruh dosa diampuni oleh yang maha kuasa dan yang ditinggalkan diberi kesabaran dan ketabahan. Terutama kamu.
Inalillahi wainna ilaihi rojiun.

Jum'at 23-04-10

Sayalah orang kesekian yang menulis tentang "keasyikan" naik kereta api kelas paling digemari-ekonomi. Pagi itu, saat diantar 2 orang teman membeli tiket kelas bisnis untuk diriku sendiri, tiket bis ke seberang pulau untuk temanku yang satunya, dan seorang temanku lagi seorang guide merangkap bendahara yang hafal harga dan tawar-menawar saat kita membeli buah tangan.

Jeda tiga puluh menit persiapan pemberangkatan di kamar tempat kami menginap tanpa melihat waktu pemberangkatan saya melambatkan pergi ke stasiun "Tugu". Ketika memutuskan untuk makan terlebih dahulu dengan teman-teman. Salah satu dari mereka bilang "nanti kau makannya" sambil melanjutkan "ayo berangkat!". Ternyata itu pukul 09.27 WIJ (Waktu Indonesia Jogja)- agak ganjil memang mengapa pihak KA menentukan waktu segitu. Saat kita berdua akan berangkat ke ST yang hanya 5 menit itu, meungkin di ST sudah dibunyikan "teng teng teng teng teng teng teng teng teng teng teng teng teng" khas ST tanda kereta diberangkatkan.

Ternyata memang setelah sampai di "Tugu" kereta sudah tidak ada. Menyesal, menyesal, menyesal. Pilihannya, naik bis, atau naik kereta lain? Nah, ada yang bisa bantu? :( saya mengambil konsekuensi, jika harus sampai di "Kota Kembang" malam ini sya harus naik kereta-meskipun kelas ekonomi tapi kan, perasaan lebih cepat dari pada bis. Sungguh menyesal tiket bisnisku hahahahaha.

Memang hari ini hari Jum'at sambil membawa moto ngebut pun sia-sia. Saat ke stasiun Lempuyangan harus menunggu kereta barang 1000 meter yang jalannya lebih lambat dari pada siput. Aku berharap perjalannku lancar.

Setelah membeli tiket ekonomi yang harganya 1/4 dari tiket awalku, itu saya lihat lagi benar-benar waktunya 12.35. Nyaris sekali setelah harap-harap cemas ketika memutuskan Sholat Jum'at atau tidak. Aku pun naik kereta itu setelah sebelumnya tadi menunggu kereta ini dua setengah jam. perjalanan ini saya sangat nikmati, jadi tidak terasa lama. Haruslah saya sampai di Bandung malam ini meskipun satu jam sebelum tengah malam.

Menyenangkan melihat orang di dalam sini. Akhirnya dapat tempat duduk juga, setelah susah paya menaikan barang-barangku (maksudnya tas).